"Ada iritasi di tenggorakan," katanya sesudah mengamati kerongkongan yang mulai pelan-pelan melepaskan diri dari wilayah koloni Sampoerna. "Mulai sekarang, kurangi terlalu pedas dan asam, ya. Kopi juga dikurangi," tambahnya.
Saya hanya bisa mengangguk. Ada rasa masygul yang tumbuh membesar sebagai peringatan.Â
Sejenis "jejak hitam" yang ikut menulis sejarahnya dari gambar besar berjudul kenikmatan papeda bergabung dengan suara hati yang mengisahkan ulang sebuah episode jaman kuliah. Jaman dimana kiriman hanya bertahan dua minggu pertama dalam menjaga masa stabil atau normal. Dua minggu sisanya adalah pertempuran mengendalikan rasa lapar dengan pertolongan cepat saji bernama supermi (emangnya ada yang lain?).
Konsumsi pada kuliner dan warisan rasa yang berlebih dari daya tahan tubuh (saya memang belum tua, hanya lalai sedikit) akhirnya melahirkan kewaspadaan. Segala yang melampaui batas memiliki bahayanya sendiri-sendiri.
***Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H