Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Lelaki dalam Pergi dan Kembali

25 Maret 2018   08:40 Diperbarui: 25 Maret 2018   15:29 2316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua lelaki dimulai dari buaian dan keberanian untuk merayap hingga merangkak. Sebelum kelak berlari dan pergi jauh dari rumah. Sepanjang itu, kehidupan dihadirkan dengan kemungkinan-kemungkinan yang harus dipilih. Beberapa lelaki meyakini ini sebagai takdir menjadi pemenang atau pecundang. Beberapa lagi menganggap ini hanyalah pertunjukan komidi putar yang tidak perlu diratapi. 

Seberapa banyak yang menjadikannya sebagai riset panjang bertema diri sendiri?

***

Orang-orang besar telah mewariskan pesan dari tahun-tahun yang suram dan sepi. Dari hidup yang terjungkal berkali-kali sebelum penerimaan yang penuh rasa tahu diri. 

Sehingga, barangkali, hidup hari ini hanya terlihat serupa dapur dengan segala rupa buku resep memasak jenis-jenis makanan yang nikmat namun sederhana. Mungkin juga sebuah perpustakaan dengan berjuta buku yang ingin menjelaskan semua hal atau mengingatkan kemalangan-kemalangan dari masa lalu hingga mengapa seorang lelaki adalah tekad yang liat di depan pasang surut.

Kau tinggal pelajari dan menuliskan sejarahmu sendiri. 

Namun bocah 8 bulan itu, bukan saja hidup yang baru dimulai. Ia seperti kembali dari masa lalu tentang bagaimana sebuah kesepakatan harus ditegakkan di antara sesama lelaki. Di dalamnya, sebuah tekad untuk taat harus diperjuangkan.

Usahanya menyeret pantat mungil yang selalu lebih tinggi dari sepasang lengan yang kepayahan memberiku jeda. Meletakanku dalam persilangan masa lalu dan masa depan yang diam. Seketika juga, peristiwa-peristiwa hanyalah biografi yang tidak pernah bisa selesai ditulis. Sejarah menjadi catatan-catatan kaki yang panjang seperti dalam buku yang kesulitan memisahkan ceritanya sendiri.

Bukan, bocah itu bukan rahasia. Ini hanya tentang bagaimana lelaki menemukan dirinya. Tentang tekad untuk taat pada kesepakatan. Tentang daya tahan yang mengatasi keterbatasan dalam menjangkau angin dalam hening. Sehingga kelak, ketika ia mati, orang-orang mengenangnya secara pantas sebagai lelaki. 

*** 

*). Dikutip dari baris terakhir sajak Octavio Paz yang berjudul Antara Pergi dan Kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun