Morata dan Giroud memang belum menjadi pembunuh di muka gawang. Conte belum menemukan skema untuk mengeksploitasi daya ledak Moratta seperti kala di Juventus. Giroud? Saya tidak mengerti mengapa produk menuju afkir Opa Wenger ini diboyong.Â
Saya kira Chelsea masih lebih pantas berbangga dada atas kekalahan ini ketimbang PSG. Â Klub kaya baru yang berilusi boleh mengubah takdir dengan kolaborasi Neymar-Mbappe-Cavani.Â
Saya lebih berani berkesimpulan jika Chelsea belum menunjukan kemampuan menderita dengan "benar". Benar itu bermakna bisa bertahan dengan baik dari setiap serangan--termasuk cara-cara Italia yang menggunakan intimidasi dan drama memuakan--sekaligus membangun serangan balik yang mematikan.
Maksud saya adalah pemirsa harus melihat cara Juventus menghancurkan Hotspurs di Wembley, minggu yang lalu.Â
Mengapa duel itu bisa dirujuk?
Karena Kane dkk adalah tim yang memiliki agresifitas dan kecepatan yang mencemaskan. Real Madrid sang pemilik tahta dari "DNA Juara Eropa" sudah merasakan daya rusak mereka. Demikian juga di pertemuan pertama, Juventus hampir saja mencoreng kehormatan kandangnya.
Juventus tertekan selama pertandingan. Ada banyak pelanggaran, bahkan Barzagli yang sengaja menginjak Son Heung-Min lolos dari kartu merah wasit. Namun di saat-saat yang meresahkan ini, Higuain dan Dybala membuktikan diri sebagai pembeda. Bersamaan dengan uletnya dua back sepuh, Chiellini dan Barzagli, yang jatuh bangun di depan Buffon. Masuknya Stephan "The Swiss Train" Lichtsteiner di paruh kedua adalah kejelian lain yang diperlihatkan Allegri.
Soal Allegri, saya kira Fabio Cannavaro benar. Legenda Italia yang kini melatih klub Tiongkok pernah mengatakan jika kekagumannya terhadap Allegri adalah kemampuan menggunakan taktik yang tepat di setiap pertandingan. Kemampuan yang membawa Juventus melaju lebih jauh dibandingkan semasa dilatih Conte dalam sejarah pertempuran klub elit Eropa.
Lho, tapi kan si Nyonya Tua bertekuk 3:0 di fase grup kala berjumpa Messi, dkk?
Yhaa, nilai saja itu sebagai revans yang sukses. Musim sebelumnya, Juventuslah yang menunjukan tesis Don Capello dan Sacchi benar. "Barca (zaman Enrique) tidak tahu caranya bertahan. Juventus akan menyingkirkan mereka." Barca keok di semifinal.
 So, mari katakan saja jika pada putaran Champions League kali ini, Conte masih kalah canggih dibandingkan taktik Allegri dan Montella.Â