Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Sebab Chelsea Belum Tahu Cara Menderita...

15 Maret 2018   14:44 Diperbarui: 15 Maret 2018   18:49 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Valverde yang pernah bermain untuk Barca dalam masa asuhan Cruyff ini memiliki preferensi formasi 4-2-3-1 yang fleksibel. Bisa bermutasi menjadi 4-4-2, 4-1-3-2 atau 4-2-2-2. Selain itu, Barca tetap dibawanya bermain dengan penguasaan bola dimana para gelandang harus mobile sepanjang pertandingan.

Basquet, Rakitic serta Paulinho adalah koentji dalam pilihan ini. Sementara Messi diberi ruang bermain yang lebih bebas. Ada pun Alba dan Roberto begitu lentur melakukan transisi bertahan dan menyerang lewat sisi sayap.

Selain itu, Valverde adalah juru taktik yang membuat tim bermain dengan pressing yang tinggi. Pressing yang meneror permainan lawan sejak garis belakang. Serta serangan balik cepat, tak jarang dimulai dengan direct passing.

Dalam leg ke-2 barusan, statistik keseluruhan penguasaan Barcelona hanya unggul tipis dari Chelsea. 57% berbanding 43%. Tembakan ke gawang lebih banyak dilakukan Chelsea dengan 14 kali sedang Barca 8 kali. Namun Barcelona sukses melakukan 8 tackles, 4 blocks dan 17 clereances sebagaimana dimuat laman resmi UEFA.

Maksudnya, Barcelona juga siap menderita dalam kepungan---andai ada yang boleh melakukannya, hihhi.

Dan ini yang ketiga dari penikmat amatir layar kaca.

Sesudah tidak kuat menahan gempuran (baca: Conte tidak bisa menularkan cara bertahan grendel kepada Chelsea sebagaimana Mourinho dulu!), skuad ini juga tidak punya pemain yang boleh memberi efek kejut. Tak punya pemain yang memiliki kapasitas mengubah hasil pertandingan seperti Dybala atau Higuain.

(Sorry, dua nama ini disebut secara suka-suka mengingat untuk membandingkan dengan Messi adalah kemustahilan).

Giroud atau Morata yang menjadi striker tunggal dalam pakem 3-4-3 adalah kualitas yang jauh dari semengerikan Kane di Hostpurs. Bahkan tusukan-tusukan mencekam milik Hazard atau Willian hanya berputar-putar di depan kotak 16. Serbuan left-wing back seperti Alonso malah yang menciptakan kemelut. Tetapi... tiada satu yang boleh klimaks.

Fabregas yang mestinya menjadi "senjata rahasia" pun begitu-begitu saja. Tiada passing yang merepotkan, apalagi assist karena tertibnya pengondisian ruang sempit oleh duet Umtiti-Pique. Alumni Barcelona ini, rasanya, kini lebih mirip buah kaderisasi sepak bola Britania ketimbang bercita rasa Spanish.

Apakah Chelsea bermain serupa PSG yang disebut Arrigo Sacchi serupa kumpulan anak-anak kaya tanpa ide di kepala sementara Real Madrid bermain dengan rokok di mulut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun