Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"China Salesman", Cara Tiongkok Menghadirkan Citra Diri di Afrika

10 Maret 2018   14:38 Diperbarui: 13 Agustus 2019   07:47 4408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam masa negosiasi kontrak pembangunan telekomunikasi itu, DH Telecom dipastikan akan menang karena inovasi teknologi jaringannya yang sudah satu langkah di depan milik perusahaan Eropa. Tidak ada hal lain yang bisa dilakuan demi menghambat kemenangan ini dengan aksi sabotase dimana Kabba terlibat di garis depan.

Keadaan makin runyam ketika sebuah heli yang membawa petinggi negeri jatuh. Kejadian ini memicu kerusuhan antara anak-anak suku dari Utara dengan Selatan dan mengondisikan mobilisasi armada militer. Perang membayang di ujung mata. Kondisi gawat politik dan militer ini hanya mungkin diredam dengan telpon presiden yang sedang berada di istananya nan mewah dan tenang. Seperti lazimnya, terpisah dari pusat ledakan kerusuhan.

Para staf atau lingkaran dekat Presiden gak bisa ngapa-ngapain. 

Mereka gak ngerti urusan IT yang kontraknya sedang diperebutkan wakil Tiongkok dengan Eropa. Yan Jian, utusan Tiongkoklah, yang menemukan solusi dan boleh memperbaiki infrastruktur komunikasi. Bersama perempuan yang mula-mulanya saingan, mereka berangkat ke lokasi menara.

Sedang si lelaki Eropa menyusun siasat untuk mengacaukan rencana.Ia menginginkan perang terjadi. Kabba ditugasi menghancurkan tiga menara pemancar yang memfasilitasi komunikasi telpon sang Presiden.

Ini ketegangan pertama yang dihadirkan film berlama waktu 110 menit. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Seperti apa ketegangan kedua?

Yan Jian dan Susanna berhasil memperbaiki fasilitas komunikasi sesudah gemburan pasukan Kabba. Menara terakhir yang menjadi kunci memang dihancurkan Kabba namun, secara tiba-tiba saja, pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-bangsa datang membawa pertolongan.

Saat bersamaan, kegagalan memenangkan tender membuat perusahan DH Telecom berada di titik nadir bisnis komunikasi. Ditambah lagi, si culas Eropa itu menggugat Yan Jian yang dituduh menggunakan perangkat keras buatan perusahaannya.

Tanah Air Syekh Asaid dan Kabba selamat dari perang saudara. Krisis berpindah pada Yan Jian dan DH Telecom. Ketegangan belum selesai walau endingnya sudah ketahuan indah pada akhirnya.

Yan Jian akhirnya menemukan sejenis "exit strategy" dari krisis. Dia melepas kode sumber (source code, saya tidak ngerti barang apa dan untuk apa) untuk bisa diakses dan menunjukan sikap terbuka dari perusahaan Tiongkok dan menyelamatkan perusahaan dari bangkrut. Yan Jian dipuji oleh Carlos, presiden direktur dari raksasa binis komunikasi Eropa lainnya. Carlos seorang Latinos.

Si lelaki culas asal Eropa itu? Mampus dibunuh Kabba yang juga berakhir bunuh diri. Sedang nona Susanna? Sesudah melewati segala rupa marabahaya di negeri orang, memangnya ada yang lebih pantas selain sebagai kekasih Yan Jian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun