Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Korban Propaganda

20 September 2017   09:08 Diperbarui: 20 September 2017   17:43 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba, ruang kecil dipenuhi oleh Satuan Pengamanan Pesona, begitu mereka diberi nama, menyeruduk masuk dan meringkus semua orang. Sessi diskusi belum lagi dimulai, padahal.

"Mereka terkutuk subversif, tangkap semua yang ada!"

Aku melihat wajah Dimitri yang pucat pasi dan Kuzmanov yang berurai air mata. Entah apa yang terbayang di kepala mereka, apakah kelelahan ayah ibunya atau interogasi yang melelahkan dan masa-masa pengasingan di penjara sampai vonis Pengadilan Pesona dijatuhkan. Bodoh ah!

Aku dibawa ke sebuah ruang gelap. Hanya ada sebatang lilin diantara aku dan si pemeriksa. Suaranya dingin penuh selidik. Wajahnya samar-samar terlihat bundar, seperti buah labu yang diukir untuk pesta hantu-hantuan.

"Apa yang kalian perjuangkan? Menghidupan cerita lama pemberontakan?"

"Selow, Bos. Seharusnya Anda membaca makalah sebelum menuduh kami sebagai subversif dari masa lalu. Aku hanya menulisulang kisah seorang putri yang dihapus riwayatnya dari negeri ini. Raisandra, seorang cantik yang mampu bernyanyi dengan suara yang menyegarkan ketika kelelahan panen dimulai. Termasuk perempuan bernama Vonya Cornellya Dasha, yang mampu berakting sempurna di setiap opera pesta panen. Mengapa riwayat mereka tak boleh dirujuk?"

"Omong kosong! Kita bukan bangsa pengawet. Bersiaplah untuk sidang. FYI, kau sebagai inisiator memiliki daftar pelanggaran sempurna. Merancang pemberontakan dan mengancam ketentraman," katanya lekas.

"Apa itu FYI?"

"For Your Information, goblok!"

 "Aih.."

Kau sudah punya jawaban untuk bagaimana propaganda dimulai? Atau mengapa propaganda harus dimulai? Dan kata-kata yang mengisi titik-titik pada kalimat setiap kehadiran punya versinya. Setiap tubuh punya potensinya. Dan setiap bukan....selalu menjadi sasarannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun