Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Korban Propaganda

20 September 2017   09:08 Diperbarui: 20 September 2017   17:43 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehingga, aku merasa kami adalah reinkarnasi kumpulan yang berakar pada riwayat kuno negeri ini sendiri. Yaitu kumpulan manusia yang berada di tepi sebuah peradaban dengan pembengkakan gairah pemujaan diri tanpa pernah bisa bergabung di dalamnya.

Kumpulan itu pernah memberontak. Sebuah pemberontakan yang bukan dengan mengangkat cangkul dan ketapel lantas menyerbu rumah-rumah megah dengan tubuh sempurna sedang mondar-mandir menebarkan pesona di sesama mereka sembari meneriakan, "Bebaskan Tubuh dari Monopoli Pesona!"

Mereka hanya membuat pesta kecil sesudah musim dengan pakaian yang digunakan selama kegiatan panen dilakukan. Tanpa dicuci. Sehingga bila kau hadir di pesta di tengah persawahan, kau akan dibekap aroma tanah, basah, dan bau batang padi baru patah.

Pesta panen yang tak pernah dilakukan lagi.

"Bagaimana jika kita hidupkan lagi pesta sejenis?"usul Dimitri.

"Zaman sudah jauh berjalan Dimitri. Pesta yang kau bayangkan itu bahkan telah dilupakan dari kepala generasi yang terakhir kali masih melakukannya,' jawabku enggan. Jangan menjadi reaksioner-romantik ketika terus dipapar kekalahan, Dimitri. Itu pesan tersiratku.

"Jadi? Kita hanya menerima keadaan kita yang melelahkan ini?"

Kuzmanov sejenis Dimitri, mudah naik darah dan lekas menyerah.

"Aku punya gagasan," kataku, tersenyum. Sebuah pemberontakan terbayang di kepalaku. Wahai Igor dan Anastasia, tunggulah saat kalian akan tersedu-sedu memohon padaku.

Selanjutnya, rasanya, untuk bagian ini, tak perlu aku ceritakan bagian yang getir dari rencana pemberontakan itu. Ringkasnya begini.

Hari itu, aku belum lagi selesai membacakan bagian utama dari makalah yang kutulis sesudah melakukan riset berhari-hari dengan berkeliling ke toko buku yang menyimpan berbeda tentang pesona tubuh dari belahan bumi yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun