Yang ketika tahun lalu, kebakaran begitu parah melanda Kalimantan Tengah, saya banyak sekali bercerita lewat kanal fiksi betapa berat penderitaan dan betapa geramnya kami terhadap situasi. Nada sedih yang sama ini diperkuat oleh Bang Aldy Arifin dari kesaksian-kesaksian yang lebih 'ilmiah' dari pengalaman rasa sakit bencana asap di Kalimantan Barat.
Cerita-cerita tersebut memang dibaca orang. View-nya lumayanlah, apalagi kalau kena headline dan di-share berkali-kali sama Admin’s. Tapi, apakah tulisan-tulisan itu menggerakkan orang-orang di dunia nyata untuk pergi ke Lombok? Belajar hidup rukun pada Salatiga? Atau menunjukkan komitmen yang lebih cinta lingkungan sesudah dipapar kesedihan saya?
Tidak ada jaminan. Bahkan sangat bisa jadi, cerita-cerita tersebut hanya ramai dalam sesaat reaksi dan percakapan online tokh! Selebihnya, lupa, lupa, lupa. Cerita-cerita saya gagal menjadi selevel lagu Words: it’s only words. The words are all I have to take you're heart away!
Jonah Berger, sejauh saya tidak salah faham, berkosentrasi menulis bagaimana sebuah produk atau gagasan mewabah dua arah, online dan offline.
Lebih persisnya, apa kekuatan dibalik sebuah produk atau gagasan yang popular?
Enam Prinsip Pewabahan ala Contagious (hal 28-30).
Pertama, Mata Uang Sosial.
Yang dimaksud dengan Mata Uang Sosial adalah dalam memproduksi satu produk atau gagasan, kita perlu menemukan keistimewaan mendasar kita dan membuat orang merasa sebagai bagian dari bagian dalam kita.
Kedua, Pemicu.
Kita perlu merancang produk dan gagasan yang sering dipicu oleh lingkungan dan menciptakan pemicu baru dengan menghubungkan produk dan gagasan kita dengan petunjuk yang sudah mapan di lingkungan termaksud.
Ketiga, Emosi.
Dalam menciptakan gagasan atau produk, alih-alih bicara fungsi, kita sebaiknya menggarap sisi yang emosif. Termasuk emosi negatif.