Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hal Terbaik di 8 Tahun Kompasiana

24 Oktober 2016   11:49 Diperbarui: 24 Oktober 2016   12:08 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Maka kalau dirangkum napak tilas ini: HL pada tulisan perdana, diundang sebagai pembicara warga di KompasianaTv, dan masuk dalam nominasi Best Fiction tahun kemarin. Jiwa lebay mana yang tak bunggah bangga dan butuh pegangan? Omong kosong kalau mengaku tidak.

Tapi pointnya bukan itu. Insya Allah bukan begitu.

Saya hendak berterimakasih yang tinggi untuk teman-teman K’ers yang mendukung dengan kesetiaan membaca cerita-cerita yang sesungguhnya, behind the scene-nya, masih sering berjibaku dengan inkonsistensi. Ya, inkonsistensi alias ketidakmampuan untuk setia menulis asik dan setia menjadi bermakna. Termasuk setia membaca karya K’ers dengan sungguh-sungguh.

Karena itu juga, yang kini mendesak-desak sebagai pertanyaan di saya adalah apa sebenarnya moment terbaikmu jika “pengakuan-pengakuan positif Admins dan K’ers di atas” justru tidak selalu mudah dihargai dengan konsistensi yang keras hati dalam berkarya dang menghargai karya?

Menjadi Kompasianer, Meniti Jalan Pencaharian 

Mari mulai dengan pertanyaan: rupiahkan saja seberapa banyak pulsa data kau habiskan? Hitung saja seberapa banyak kesal yang kau endapkan karena errror berulang? Juga tambahkan saja seberapa dalam gundah geram merana yang menghantammu ketika tulisan hanya lewat begitu saja?

Jumlahkan juga seberapa sepi yang kau derita di depan lapak sunyi karena angkuh diri yang merasa akan tercemar jika terlalu berakrab-akrab komentar? Kalikan saja sesetia apa kau menguatkan diri terus bertahan online karena kangen ketawa-ketiwi sementara kompi harus mati sebab petir sedang menyala-nyala di jendela kamar?

Kau tidak akan bisa menjumlahkannya Coy! Ini semua bukan rumus menghitung penerimaan negara dari Tax Amnesty.

Ini semua adalah semesta pengalaman yang hanya bisa digulati sendiri. Pengalaman yang dalam bahasa Tan Malaka, terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk. Ini memang serupa dialektika (diri) yang tidak pernah selesai.

Dalam rangkain inkonsistensi menulis bermutu cum tiga moment dihargai itu, saya tahu bahwa menjadi penulis di blog warga adalah memilih jalan menemukan diri bersama etik berbareng daan berbagi.

Pandu jalan apa yang harus diacu? Pembelajaran dari mana yang pertama kali harus diikuti?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun