Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bunuh Diri Rasionalisme

24 Juni 2016   12:23 Diperbarui: 24 Juni 2016   15:10 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[Mereka yang menggeluti pikiran-pikiran besar juga melakukan kekeliruan-kekeliruan besar! - Martin Heidegger]

***

Raisa menyadari betul bahwa ia mulai terbenam dalam pertentangan diri yang melelahkan. Sebagai mahasiswi filsafat tingkat empat, seharusnya kondisi seperti ini sudah lama dihancurkannya. Tapi sampai detik dimana ia mempelajari kritisisme filsafat Modern, pada hatinya S Aji tidak pernah benar-benar pergi.

S Aji, mahasiswa sosiologi yang seperti Ang dalam kartun Avatar, sang penguasa angin: datang meneduhkan gerah lalu tetiba pergi tanpa pesan. Sesekali seperti puting beliung, sekejap sepoi-sepoi selembut teduh yang membelai dedaunan nyiur. 

“Kau terlalu tunduk pada rasiomu, Raisa,” ledek S Aji suatu waktu. Di perpustakaan kampus.

Raisa makin kesal. Mahasiswi filsafat kok gak rasional, malu sama Hannah Arend, batinnya lagi.

“Kenapa? Malu sama Hannah Arendt? Wakakaka, Arendt bertekuk lutut pada pesona tua Heiddeger,”ledek Aji bersama tawa yang memecah langit.

“Sialan. Gak lucu!” maki Raisa setengah mendesis.

Huahahahaha.

Begitulah S Aji, selalu bisa meremuk dirinya. Menjengkelkan tapi ngangeni. Bikin keki tapi menikam rindu. Celakanya, S Aji seolah tahu ia berada dalam posisi itu. Bukan saja memahami jika memiliki kuasa, ia juga mahir mempermainkan suasana hati Raisa seringan pendulum. Sialan, serapah Raisa jika terkenang posisinya yang seolah tunduk dan taat tak berdaya.

Mengapa kita tidak menyepakati hubungan yang khusus saja? Sepasang kekasih?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun