Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bunuh Diri Rasionalisme

24 Juni 2016   12:23 Diperbarui: 24 Juni 2016   15:10 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pertanyaan ini ganti mengganggu benak Raisa. Menimbulkan desir aneh dan keringat dingin yang bukan karena penyakit. Hati memang memiliki kuasanya sendiri bahkan tak jarang membunuh rasio yang kaku, dingin dan berjarak.

Aku jatuh cinta pada lelaki aneh itu? Tidak, tidak boleh, yakin Raisa berusaha menjaga posisi rasionalnya.

“Aku tidak jatuh cinta. Aku hanya tidak bisa menjelaskan sensasi yang berkembang dari kehadiran rasa tertentu. Sesederhana itu kok,” tegas Raisa kepada Maudy suatu ketika. Berbeda dengan sikapnya, Maudy, sahabatnya yang kuliah di fakultas Sastra. Maudy sering menyerang sengit sikapnya yang serba rasional.

“Tidak semua hal harus dimengerti secara rasional, Sa. Apa yang tampak irrasional adalah apa yang makin kau lawan, makin kau akan diremukkannya,” kritik Maudy. Gantian kesal.

“Bebaskan segala penilai abstrak di kepalamu. Kau hanya perlu membuka diri dan membiarkan gejolak rasa itu bersenandung seperti tembang Sandhy Sandhoro. Mungkinkah ini yang namanya gejolak cinta..ahaaai, cuuit, cuuuiiitt,” ledek Maudy. Lantas pergi. Kencan dengan pemujanya yang baru.

Dasar mahasiswi Sastra, seolah saja semua hal bermakna puitis! Apa bedanya dengan mahasiswa filsafat? kutuk Raisa dalam hati.    

***  

Tahun ke tiga perkuliahan.

Raisa sedang sibuk menyiapkan barang-barang pribadinya. Sebentar lagi ia harus berkumpul bersama teman-teman seangkatan untuk memulai program KKN selama tiga bulan. Ia memang telah menjadi mahasiswi yang sebentar lagi berhak memperoleh gelar strata satu.

Selama setahun, Raisa memang fokus pada aktifitas perkuliahan saja. Ia benar-benar melahap habis seluruh kesadaran filosofis Barat seperti makan nasi dan meminum air setiap hari.

Selama setahun ini juga, ia tumbuh menjadi perempuan manis yang filosofis. Menjadi jijik pada sikap yang cengeng dan emosif. Dan sangat dingin ketika menghadapi benturan dalam ruang batinnya sendiri. Tak ada lelaki yang berani mendekatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun