Si anak perawan kemudian ikut berjongkok dan mengambul lagi buah nangka yang lain. Dengan kesangsian sekaligus rasa penasaran khas perawan muda, ia memeriksa lagi: membelah daging nangka lalu menghadapkannya kepada matahari. Segar dan mengkilap.
Tetiba si perawan melihat kilapan lain yang tidak berasal dari daging nangka. Tapi kilapan yang berasal dari sekitar celana pendek si kakek yang berjongkok.
“Kek, yang itu mengkilap juga. Apakah itu juga matang di pohon?” tanya si perawan lekas-lekas.
Menyadari pertanyaan yang makin penasaran dan cenderung kedalam, si kakek bergegas membetulkan posisi lipatan celana, menariknya agar terhindar dari hangat cahaya matahari. Kemudian berkata pelan sambil cengengesan.
“Hehehe, yang ini sih matangnya sejak penciptaan.”
Sembari dalam hatinya kakek berpesan jika nangka ini laku, segera beli pakaian dalam.
#Gubraaaak
#Tetiba hujan deraaas. Pasarnya Bubaaar.
Sampai kisah ini selesai ditulis, si anak perawan masih penasaran sebenarnya apa sih yang menyembul dan memantul kilau dari jongkok si kakek sehingga sukses menghalau rasa penasarannya terhadap nangka. Adakah yang bisa bantu menjawabnya?
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H