Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Matang Sejak Penciptaan

15 April 2016   09:04 Diperbarui: 15 April 2016   14:33 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada musim buah, hiruk pikuk pasar selalu harum. Tapi tidak selalu yang harum adalah buah. Apalagi pada buah yang dipaksa matang lebih dulu. Untuk menunjukkan kebenarannya mari selesaikan membaca cerita ini.

Di musim buah, seorang kakek pergi membawa segerobak buah nangka ke pasar. Nangka yang dagingnya tebal dan manis. Nangka dari bibit yang ditanam turun temurun oleh kakek-kakeknya. Kebayang kan betapa bersejarahnya bibit nangka tersebut.

Sesampai di pasar, si kakek mulai menggelar nangkanya di tepi jalan. Ia memang tidak kebagian lapak yang sudah penuh. Selain itu lebih strategis menggelar harum dan kuning daging nangka di pinggir jalan. Ini sesuai dengan kaidah strategi menjemput bola, katanya dalam hati.

Maka sembari berjongkok membelah nangka yang sudah turun temurun menuntun leluhurnya bolak balik kebun dan pasar, si kakek berteriak begini.

"Nangka bersejarah, nangka bersejarah. Ditanam dari bbit yang dipelihara turun temurun dengan melewati beberapa generasi yang mencintai nangka seperti mencintai hidupnya yang sementara. Nangka-nangka ini adalah nangka yang masak dalam waktunya, matang oleh prosesnya. Bukan jenis yang dipaksa-paksa matang."

Berulangkali si kakek meneriakkan hal yang sama dengan kelantangan yang stabil. Beradu keras dengan penjaja obat yang lebih muda dari dirinya.

Hingga datang anak perawan yang lugu dan menggemaskan ke depan si kakek yang masih berjongkok.

“Kek, nangkanya manis?” tanya si anak perawan.

“Dicoba aja cu. Lihat aja tuh dagingnya, tebal dan segar. Bijinya juga mengkilap. Nih.” Kata kakek sambil mengambil sebuah daging lengkap dengan bijinya. Si anak perawan menyambut uluran buah, membelah daging melihat bijinya yang mengkilap di bawah hangat matahari pagi. Lalu ia menggigit dagingnya, manis dan segar. Benar, si kakek tidak berbohong.

“Kek, untuk membedakan nangka yang bagus dengan buruk, gimana caranya?” tanyanya lagi.

“Ya harus dilihat dagingnya, jangan percaya kulitnya. Harus diperiksa isinya jangan terjebak luarannya. Juga lihat bijinya di bawah matahari, yang bagus selalu mengkilap cu. Bisa dipastikan itu nangka yang matang sudah waktunya. Matang-matang pohon bukan matang di kotak peram,” terang si kakek lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun