Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Politik dan Ironi yang Dipesankan Soekarno

10 April 2016   19:27 Diperbarui: 11 April 2016   11:13 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tempat ini mungkin telah memilih
memorinya sendiri;
bulan di kubangan
dan deret bohlam kusam,
kuda-kuda kayu letih
dan rasa perih mimpi
yang mengelupas
dari tidur
musim panas.

“Yang hilang dari pagi
adalah mimpi kehilangan,”

tulismu, pada sebuah pesan pendek.

Barangkali kamu, aku,
belum bosan berotasi.
Poros ini memang pernah
melontarkan kita
ke dingin dinding batu
lorong-lorong medina
yang tertahan dalam
sepasang sepatu.
Dan kita tersesat
sambil berpelukan
di gumam doa
tengah malam.

Tapi pada cermin yang berkarat
cuma ada pantulan
dari sebuah
titik berangkat.

“Cinta,” katamu,
“lebih baik tidak diucapkan.
Atau dia akan
Lenyap.”

Seperti biasa,
kita akan segera lupa
bahwa kita selalu pulang
pada luka
yang sama.

“Apakah pernah kukatakan
Aku mencintaimu?”

00:32, 29 Desember 2011

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun