Remaja kasmaran yang pergi check in, mengabadikan momen-momen kasmaran itu dari ranjang hingga teras, lalu momen tersebut terkuak di sosial media dan menjadi viral kini telah menjadi kecemasan kolektif.
Kecemasan yang terus mendalam bersama remuknya tabu-tabu moral tentang pergaulan, cinta remaja dan seksualitas. Di puncak kecemasan itu, kita kebingungan dengan sebuah tanya besar: apa yang sedang terjadi dengan remaja hari ini?
Sesungguhnya bila kita melihat persebaran video remaja-remaja kasmaran dalam format 3G, kita tahu bahwa penghancuran terhadap “tabu-tabu seks” itu sudah berlangsung lama.
Saya pernah melihat video remaja yang, maaf, beradegan ranjang di dalam ruang kelas masih dengan seragam lengkap. Juga remaja dengan seragam putih abu-abu yang melakukan adegan serupa sembari direkam dan ditertawakan teman-temannya dalam kamar hotel. Juga remaja kasmaran yang melakukan hal sejenis di sebuah lokasi liburan, di alam terbuka. Itu semua direkam di Indonesia.
Tak ada rasa risih. Tak ada rasa gentar. Yang ada adalah kerjasama untuk perayaan hasrat.
Jadi sebenarnya kecemasan terhadap perilaku remaja ini tidak perlu menunggu viral di sosial media lalu kita seperti disengat cahaya mentari setelah sekian lama terkurung dalam gelap goa.
Kita menjadi gelagapan dan berseru-seru tentang moral atau sejenisnya terhadap sesama penghuni di dalam goa. Dan puncaknya, bersemaraklah ratapan cemas bersama yang saling memantul dalam goa, bolak balik dari dinding ke hati. Kita lalu tidak melihat pesan lain dari berkas cahaya itu.
Tidakkah “kecemasan dalam goa (: kita terlalu sibuk dengan dunia sendiri)” yang demikian jelas sesuatu yang terlambat atau “naif” bila dihadapkan dengan perkembangan diam-diam dari pergaulan remaja yang menabrak apa saja dan berlangsung sejak lama?
Kecemasan adalah tanda dari hancurnya pegangan manusia atas ideal atau nilai tertentu. Ketiadaan pegangan nilai akan segera saja menjadikan manusia terjerembab dalam kekosongan maknawi dan bisa berujung krisis diri dan sosial. Kekosongan seperti ini bila makin dalam dan meletihkan maka manusia akan dihantarnya tiba pada kurungan nihilisme.
Bila sudah dalam nihilisme, pada akhirnya masyarakat juga akan mati.
Modernisme, Remaja dan "Tubuh Terlarang"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!