Kesimpulan sementaranya dari wawancara berakhir kaku nan kelu ini :
dari putar-putir kesana kesini tentang kerja sebagai beban, sistem industrial, kutukan dan penyembuhan, kerja dan libur, dan bunga-bunganya itu, tanggal pada kalender terlihat merah dan hitam dimulai ketika kita makan bangku sekolah.
Merah dan hitam serta hari Senin itu menjadi makin kaku ketika pertama kali berjumpa yang namanya upacara bendera. Dan hari senin makin seram seolah kutukan manakala terlibat sebagai petugas upacara bendera, seperti pengalaman salah satu K’ers yang sebaiknya tidak dituturkan lagi di sini. Hak hak hak.
Upacara bendera di hari Senin adalah kegembiraan bagi mereka yang berjiwa Paskibra. Yang berjiwa pemain bola, itu malapetaka. Apalagi bagi mereka yang main berbie. Mungkin karena itu juga, loyalitas-dedikasi setangguh tentara dibutuhkan dalam bekerja. Sekali pun kaku, di setiap pergantian satu senin ke senin berikutnya, mereka selalu bersedia tampil dengan kestabilan energi yang sama.
Bahkan ketika situasi mendesak, tanggal merah tetiba berubah hitam, hanya tentara yang paling siap hadir di depan. Mungkin karena itu juga, banyak anak gadis di desa lebih percaya masa depannya pada lekaki berseragam : seragam tentara dan seragam pns.
So, apa hubungan strategis antara ekonomi kapitalisme dan kepemimpinan militer?
Hadooh, saya lupa menanyakan ke Nenek itu.
Pamit dulu. Selamat hari Senin!
Â
***
Â