Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Humor] Pesan Nenek di Hari Senin

22 Februari 2016   18:42 Diperbarui: 22 Februari 2016   20:36 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Nenek memancing/ dok.pri"][/caption]

Sejak bekerja menjadi beban, hari Senin adalah kutukan.

Begitulah suasana hati manusia yang hidup sesudah Aufklarung dilahirkan dan ekonomi pertumbuhan menjadi mimpi yang kembang kempis sembari terus saja ditafsiri kesana-kesini. Manusia menjadi budak waktu, lebih-lebih dalam sistem industrial. Tapi, seberapa banyak manusia "penanggung kutukan" yang bertanya, pernahkah Immanuel Kant dan Adam Smith merenungkan hari Senin?

Ada? Tidak ada, bukan? Kalau begitu, kita lanjutkan.

Ketika manusia menjadi budak waktu, memikirkan hari senin adalah mengutak-atik kalender.

Pada penanggalan berwarna hitam, dunia sehari-hari manusia dewasa menjadi kaku, lurus dan berat, seperti kereta api ke stasiun yang sama lewat rute yang itu-itu juga. Warna merah dalam penanggalan selalu dipandang-pandang, dikenang-kenang, dan didoa-doakan: makin banyak warna merah, makin bagus. Jadi pada yang hitam, Senin adalah permulaan dari ritus kutukan, pada yang merah, ritus penyembuhannya.

Nah, kira-kira, apa hubungannya dengan warna bendera Indonesia tercinta?

Hmmhm, apakah Ibu Fatmawati juga melihat hubungan yang hitam dan merah dalam pergolakan kutukan dan penyembuhan seperti dalam kalender pada sejarah pemerdekaan negeri? Oh tidak, ini terlalu liar, spekulasi yang liar. Terlarang untuk dilanjutkan. Lagi pula, banyak kalender memberi tanggal kerja dengan warna biru, bukan semata hitam.

Oke. Oke.

Ada banyak kalender berwarna biru, tapi seberapa banyak kalender yang hari liburnya berwarna bukan merah? Di Eropa? Afrika? Australia?

Yang jelas, di Indonesia, belum pernah ada kode hari libur di kalender yang berwarna ungu apalagi pink. Warnanya selalu merah. Merah berarti berani, putih nan suci, bukan? Manusia industrial memang harus berani demi bisa menikmati libur, dengan begitu membebaskan diri dari kutukan hari Senin. Ini sudah hukum. Kalau tidak berani, di tanggal merah yang cuma tiga hari kejepit, televisi tidak akan menulis berita macet panjang menuju puncak. Semua manusia bertanggal merah di kamar masing-masing, lantas televisi mana yang mau menulis cerita hari libur dari tempat tidur ke kamar mandi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun