Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] After The Fact

3 Januari 2016   12:09 Diperbarui: 3 Januari 2016   13:51 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

....

“Mas...Mas...bangun...”

Suara pelan dengan dorongan tangan di pundaknya itu membuat Ashari membuka matanya. Dari bola mata yang memerah, seorang pria berjanggut dengan baju serba putih, duduk berjongkok.

“Bangun Mas, jangan tidur di sini, ini tempat shalat.” kata laki-laki itu lagi.

Ashari kaget, lalu duduk. Mengembalikan kesadarannya. Ia lalu melangkah ke belakang, mengambil wudlu, kesegaran yang menghilangkan kantuk dan menghilangkan kaget barusan. ia lalu kembali pada ruangan utama dan menunggu orang-orang yang datang untuk shalat berjamaah.

Sesudah mengucap dua salam, ia bergegas keluar, kembali ke kafetaria, kembali ke pagar, duduk memandang jejak yang segera hilang dalam irama gelombang. Ashari telah menyerupai kebiasaan kolektif penumpang ekonomi yang tidak kebagian tempat tidur dalam kapal yang sesak : tidur sembarang dan sering nongkrong di kafetaria.

Tak disadarinya, seorang pria bule, dengan rambut memutih keperakan dan dagu yang bersih, dalam setelan santai, datang menghampiri pagar itu. Ashari masih asik sendiri, membayangkan kesan pertama yang ia akan rasakan ketika kapal cepat dari pelabuhan Manado membawanya ke Miangas.

“Selamat sore..” sapa bule itu. Ashari berbalik, lalu melompat turun. “Selamat sore Mister.” Jawabnya lekas, setengah disesapi rasa tak sopan di depan orang asing.

“Siapa nama Anda ?,” tanyanya lagi dengan tangan yang mengajak jabatan.

“Ashari Mister, Ashari. Mister siapa?,” balas Ashari sambil membalas ajakan jabatan.

“Oh, Ashari, Bagus sekali. Saya John, John Perkins. Jangan panggil Mister, panggil nama saya saja, Jhon, oke?,” katanya sambil tersenyum bersahabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun