Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompasiana dan Subyektivasi "Subaltern"

26 September 2015   14:45 Diperbarui: 26 September 2015   14:45 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hemat terbatas saya, ini adalah sebuah kolaborasi positif yang semakin menegaskan arti penting peran suara warga dalam membagikan hasil kerja jurnalisitik kaum amatir yang berusaha untuk menuturkan kisah-kisah hidup, pengalaman-pengalaman faktual, dari manusia yang berjuang menyelamatkan hidupnya agar lebih bermakna dalam menghadapi kefanaan. Oleh kolaborasi ini, kita juga dimungkinkan menelisik jejak-jejak lain dari kenyataan hidup yang selama ini tidak cukup tercover oleh keterbatasan-keterbatasan yang kita miliki.

Di sinilah, apa yang dilakukan Venuz dapat menjadi spirit juga contoh berjunalisme warga. Bahwa jurnalisme warga dapat dan mungkin seharusnya mengambil posisi yang terus menerus bersimpati dan menyuarakan kisah mereka yang terlanjur menjadi Subaltern karena menanggung sesuatu yang tidak mereka kehendaki dan disenyapkan dari pengertian umum yang sarat dengan stigmatisasi/stereotype. Sebuah posisi jurnalisme warga untuk mensubyektivasi Subaltern.

Catatan Penutup

Dari warna warni cerita di Kompasiana itu, yang digerakkan kebanyakan jenis amatiran dalam dunia tulis menulis, kisah nyata yang diangkat oleh kompasianer Venuz bisa membuka kita pada satu dimensi yang kiranya penting refleksikan kembali. Yakni tentang konten yang berdampak konstruktif terhadap satu cara memaknai hidup. Yang juga barangkali dapat menjadi cermin untuk memeriksa kembali pada posisi apa saya berdiri dalam menggiatkan “jurnalisme warga”.

Tentu saja kawan Venuz tidaklah seorang diri dalam menunjukkan standing position-nya terhadap para Subaltern, seperti pada kisah hidup ibu Tiurma. Ada banyak reportase yang pernah muncul di Kompasiana yang menunjukkan usaha untuk menyuarakan kisah orang-orang kecil yang luar biasa walau terbuang dari hidup yang normal.

Tapi apakah dengan memilih jalan seperti ini, lantas kita menjadi pahlawan bagi mereka, para subaltern yang hidup dimana-mana itu ?

Saya kira tidak. Kita tidak hendak menjadi pahlawan, serupa Promotheus yang mencuri api Zeus dan dibagikan pada manusia. Kita juga tidak hendak menjadi bagian dari barisan 'nabi-nabi postkolonial' yang dengan disiplin pikiran, bekerja keras untuk membuka segala selubung dari warisan kolonial yang terlanjur menjadi ilusi dalam kesadaran hidup berbangsa.

Sebagai amatiran, saya rasa, kita hanya ingin memaknai hidup secara lebih baik dan jika memungkinkan, turut serta menjaga rasa bersama pada mereka yang terlanjur terbuang dari kepedulian kolektif.

---

*). Link Tulisan Venuz : http://www.kompasiana.com/venusgazer/konten-berdampak-kompasiana-membuat-mereka-lebih-berarti_56057e8b0023bd1f091aaad6

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun