Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompasiana dan Subyektivasi "Subaltern"

26 September 2015   14:45 Diperbarui: 26 September 2015   14:45 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam bergulat ide dan berbagi makna di Kompasiana, kita menjumpai banyak sekali warna-warni tulisan. Karena itu, dapatlah dikatakan Kompasiana adalah wujud dari “pasar bebas gagasan warga” yang datang dari berbagai penjuru kesaksian dan dihadirkan dengan caranya masing-masing. Kebanyakan warga yang berbagi disini adalah orang-orang biasa saja, yang bisa jadi tidak mengambil pusing terlalu banyak dengan segala macam standardisasi layaknya seorang profesional yang ketat dan biasa berbayar. Karena itu, bisa juga dikata, di Kompasiana, mereka yang berhimpun adalah para amatir yang selalu meyakini menulis itu aktifitas harian yang menyehatkan juga menggembirakan.

Hari ini, di Kompasiana, saya membaca salah satu reportase yang sangat menyentuh dari Kompasianer Venuzgazer (selanjutnya saya sebut Venuz saja), dengan judul Ini Kisah Tiurma Suci, Wanita Dengan HIV/AIDS yang Penuh Inspirasi.

Melalui reportasenya, kawan Venuz berbagi kisah nyata tentang seorang perempuan sederhana, bernama Tiurma Suci Marbun Banjarnahor yang lahir tahun 1982, hanya tamatan Sekolah Dasar, dengan kondisi tubuh terinveksi virus HIV, berjuang untuk menyelamatkan hidupmya dan sesama manusia yang lain. Perempuan sederhana yang menolak tunduk dan berserah diri pada jalan nasib karena statusnya sebagai penderita penyakit yang membuatnya dibuang dari kehidupan sosial, mengalami kekerasan dalam rumah tangga, juga kehilangan anak yang sangat dicintainya. Kisah perempuan yang menolak menyerah!

Membaca kisah nyata ini, kita akan segera saja tergugah. Ketergugahan subyektif yang banyak dimensinya maknawinya, tergantung dimana kita berdiri (standing position) dan bagaimana kita menafsir kisah nyata tersebut.

Secara moral, misalnya, ketergugahan subyektif saya adalah juga sebuah keyakinan etis bahwa dalam hidup yang demikian berwarna, selalu ada orang-orang kecil, dengan pendidikan yang rendah, kehidupan ekonomi yang biasa-biasa saja, bergulat hidup di wilayah dengan fasilitas yang terbatas, selalu mampu menghadirkan kisah-kisah luar biasa dari perjuangan hidupnya. Perjuangan orang-orang kecil yang juga merefleksikan jiwa pantang menyerah, tekun kerja keras, pengabdian yang tulus serta cinta yang tangguh kepada sesama. Singkat kata, perjuangan untuk menyelamatkan kehidupan bersama.

Selain secara moral tadi, saya sendiri mengalami ketergugahan dan terpikir untuk menuliskan kembali buah ketergugahan itu. Dengan bahasa lain, saya sedang berusaha membaca kembali tulisan kawan Venuz melalui satu perspektif yang saya pilih.

Pada posisi inilah, yakni untuk memeriksa kembali posisi dan cara saya memaknai—yang selanjutnya akan mempengaruhi cara saya menyajikan—sebuah konten/materi tulisan yang memiliki dampak positif bagi kehidupan bersama.

Bagaimanakah persisnya yang saya maksudkan itu ?

Kompasiana dan SubyektivasiSubaltern

Ibu Tiurma, yang hidupnya diidap oleh HIV/AIDS, adalah sebuah potret dari sosok yang harus menanggung sesuatu yang tidak dikehendakinya. Namun, ia harus menerima semua tekanan penderitaan karena penyakit itu, yang bukan saja berkonsekuensi secara medis terhadap tubuh, namun juga menanggung stigma sosial yang menyakitkan. Ibu Tiurma bukan saja harus hidup dalam tubuh yang bergantung pada obat-obatan, tetapi juga harus bertahan menghadapi hidup yang dibuang. Dengan kata lain, Ibu Tiurma ada korban yang suara penderitaannya ditolak oleh kehidupan sosial dimana ia menjadi salah satu anggota sosialnya.

Karena tidak menyerah, mau terus belajar, juga berjuang dengan sesamanya, ibu Tiurma berhasil menemukan jalan yang memungkinkan dirinya terlibat dalam penderitaan manusia yang lain. Hingga datang kawan Venuz dan menuliskan kembali rekam jejak perjuangan luar biasa Ibu Tiurma sehingga bisa memberi ketergugahan bagi para pembacanya melalui tulisan khususnya di Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun