Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kasus Anak Ditelantarkan dan Makna Orang Tua

15 Mei 2015   11:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:02 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

***

Salah satu tantangan berat manusia adalah menjaga keseimbangan dirinya. Secara khusus, yakni merujuk pada kerja menyeimbangkan ketiga daya kerja kecerdasan agar optimal, Tentulah usaha demikian tidak cukup diserahkan kepada pribadi-pribadi, subyek-subyek hidup itu semata. Harus ada strategi sosial-budaya-moral kolektif yang ikut bekerja kondusif untuk mendukung mekarnya tiga potensi kecerdasan manusia tersebut.

Mengikuti pendasaran filosof Martin Heidegger, manusia itu seperti terlahir omelet, telur yang pecah berserakan, tidak berbentuk. Manusia tidak memiliki kemerdekaan memilih lahir seperti siapa dan hidup pada lingkungan seperti apa. Karena itu, sejak terlempar oleh proses penciptaan, ia harus menyusun sendiri jati diri dan daya kerja kecerdasan mengikuti rangkain pengamalan akan perjumpaan dengan yang lain, perjumpaan dengan kekelaman tragedi, perjumpaan dengan cinta kasih kebahagian, dan lain-lain perjumpaan. Manusia harus meramu segala jenis perjumpaan ini untuk mengukuhutuhkan dirinya.

Menurut saya, salah satu tantangan strategis kebanyakan orang tua adalah menjaga "kondisi omelet" dari anak-anaknya agar tidak menjadi busuk dan rusak tiada berguna. Yang ditantang kepada orang tua, termasuk orang dewasa di dalamnya, adalah menciptakan kondisi-kondisi produktif yang dapat menjadi konduktor bagi perkembangan dinamis dari daya kerja tiga kecerdasan, IQ, EQ, dan SQ. Menciptakan kondisi-kondisi produktif yang menstimuli pemekaran daya hidup akal budi dan kemanusiaan.

Jadi, jelas bagi kita semua, pada tanggung jawab yang seperti ini, menjadi orang tua bukan semata-mata berpengertian biologis. Menjadi orangg tua adalah juga menjadi generasi terdahulu yang tidak mewariskan sistem hidup yang buruk dimana anak-anak sebagai generasi penerus, tumbuh ke dalam kepribadian sub human dan sistem hidup yang mengawertkan dehumanisasi.

Menjadi orang tua adalah bekerja untuk menjaga peradaban dimana anak-anak adalah aset utamanya.

Salam.

Rujukan Berita

pertama.
kedua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun