Saya diam, tidak ikut naik ke jalan. Mendadak kaku seperti patung. Saya ingat setahun yang lalu.Â
***Â
Setahun lalu. Saya hendak berangkat ke hulu desa, sekedar mencari sinyal dan listrik. Hampir sebulan saya belum keluar dari desa ini. Maka berangkatlah saya pagi-pagi ikut taksi perahu yang datang dari hilir. 07.00 WIB. Perahu berangkat. Sekitar 45 menit perjalanan, tibalah di desa tetangga.Â
Tiba-tiba, kursi perahu yang biasanya diduduki dua orang, dibuka 4 deretnya. Jadi, jatah 8 penumpang dihilangkan. Ada apakah?Â
Ada orang sakit. Persisnya ada seorang nenek yang sakit. Taksi sungai ini merapat di batang kayu yang dibikin jadi tempat tambatan, di mana juga berdiri kakus di atasnya. Lalu dari desa, turun serombongan orang, banyak kaum perempuan. Beberapa menangis tersedu-sedu. Seorang di antara mereka memegang setangkai daun, lalu mengibas-ngibasnya di tubuh si nenek, seperti hendak mengusir roh jahat.Â
Nenek itu sudah kurus sekali. Dan pucat sekali. tubuhnya seperti mengecil.Â
Saya melihatnya dari perahu, saya cuma bisa diam lalu membuang tatap jauh-jauh. Dalam pikiran saya, jika nenek itu ibu saya?Â
Anak menantu nenek itu duduk di samping saya. "Mau dibawa ke mana neneknya, Bang?" tanya saya segera.Â
"Ke kabupaten, dirawat di sana saja," jawabnya. Lalu kami saling diam. Entah apa yang dipikirkan.Â
Pikiran saya masih sama: jika nenek itu ibu saya? Saya tidak tahu lagi kabar si nenek. Apakah dengan dibawa ke kabupaten, ia sembuh atau tidak.Â
***