Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kisah Sedih Desa Tepi Sungai

20 Maret 2015   20:01 Diperbarui: 9 Mei 2019   10:57 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa di Tepian DAS Katingan, Kalimantan Tengah | Dok. Pribadi.

"Oh, yang kemarin diantar pake ces (perahu kecil-red) itukah?" kejar saya lagi. 

"Iya, tahulah?" gantian dia balik bertanya. 

"Innalillahiiii. Saya tahu, saya sempat mengangkat tandunya di dermaga sehari sebelumnya," jawab saya pelan. Saya diam, menatap kosong ke ujung sungai. 

"Saya pulang dulu," pamit saya entah kepada siapa. 

*** 

Saya ingat betul perempuan yang meninggal kemarin pagi itu. 

Sehari sebelumnya, saya makan siang di tepi sungai yang menghadap dermaga desa. Lalu datang sebuah perahu, biasa disebut ces, ke dermaga. Ces itu dibuat memiliki atap. Ada anak-anak juga yang ikut selain dua pria dewasa dan dua perempuan. Salah satunya, perempuan yang sakit itu. 

Matahari di langit garis khatulistiwa sungguh terik siang itu. Sebentar lagi kemarau menjelang. Saya masih makan sambil ngobrol dengan seorang penduduk desa. 

"Kayaknya orang melahirkan," kata teman ngobrol ini. "Oh, iyalah," jawab saya pendek sambil mengunyah. 

Tak lama berselang dari kedatangan ces itu, datang dua orang pria berseragam coklat. Mereka mungkin petugas puskesmas membawa tandu. Sudah payah sekali rupanya perempuan yang sakit itu, ucap saya dalam hati. Sekitar lima menit, belum juga perempuan itu dipindah dari perahunya. Lalu tandu didekatkan ke badan perahu. Dua petugas dan dua pria dewasa di perahu mengangkat tubuh perempuan yang lumayan besar. 

Saya lalu bergegas, ikut serta. Ketika tiba di dermaga, tubuh perempuan yang sakit telah pindah ke atas tandu.

Perempuan yang Sakit dipindah ke tandu| Foto: Dok. Pribadi
Perempuan yang Sakit dipindah ke tandu| Foto: Dok. Pribadi
Saya sempat memegang salah satu tandu bagian belakang. Ketika hendak diangkat, tandu tidak bergerak naik. Rupa-rupanya ada tali pengikat yang tertahan di antara sela-sela papan. Saya ikut membuka tali, buru-buru, karena terik mentari benar-benar menikam kepala. Tali itu lalu terlepas, tandu diangkat meniti jembatan yang menyambungkan dengan jalan utama desa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun