"Ini Sitokong, ini Otong dan ini saya ndak tahu namanya". kata pak Sobur sambil memeluk tiga durian.
Eing i eng.. saya tertegun tak percaya. Dalam hati saya riang gembira, Â kalau ndak malu sudah tak peluk dan cium ubun-ubun pak Sobur yang botak.
" Ini buah akhir, kami punya 100 pohon dilahan 1,5 hektar. Bibitnya  kakak saya yang bawa lansung dari bogor tahun 1983". Kata beliau sambil menenteng buah durian.
Dari beberapa kali muter muter cari  durian, ini penemuan saya yang cukup membanggakan. Perkebunan durian  unggulan lokal tahun 1983 yang masih bertahan dan masih berbuah. Hmmm...  saya sangat bersemangat.
"Ada durian apa aja mas". kata saya penuh selidik seperti detektif Conan.
"Buanyak mas, Matahari, petruk, hepe, sunan, sing pait pisan sikirik ( mungkin tai babi) opo meneh yo lali saya". Kata beliau.
" Semuanya berbuah" kata saya.
" Yo berbuah mas" katanya santai sambil membenarkan handuk yang melorot. "Wis buka sik durene"!! kata beliau ramah.
"Piye mas, kurang yo. Duren akhir sih. Yang paling enak petruk, sayang  dah habis nanti musim depan saya kabari lagi." Kata beliau seakan tahu ekpresi muka saya.
"Disini mas durian unggulan sekarang sudah  menyebar, satu desa inilah, ada yang ambil bibit dari sini atau dari  pak sopo yah....lupa saya..Pokoknya ada 4 orang petani yang unda-undi  bareng nanam tahun 83. Siotong itu ditanam dari Biji."