Sebelum pamit saya diajak ke sebuah pohon yang menjadi kebangganya
“Ini durian lokal, Tai babi atau Cumasi, ini satu satunya durian lokal yang berbuah yang lainya sudah TW semua, lihat sudah berbuah’ katanya bangga.
Ironi memang ditenggah tinggi-tingginya ghirah petani menanam durian, durian unggulan nasional disampingkan"
“Masalahnya durian kita belum teruji coba lihat dari ratusan bahkan ribuan hektar kebun durian local seperti Petruk, hepe,ajimah, matahari dan kawan-kawanya mana buahnya dipasaran?.. tidak ada kan.” Kata Josia
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/04/25/mg-2502-jpg-58ff4a5d2b7a617329d26d56-58ff509c9fafbdcc0c5dc5f7.jpg?t=o&v=555)
“Durian Tai babi atau Cumasi belum berhasil kan belum coba buahnya yang keluar dari habitatnya, ini baru berbuah setelah 7 tahun, kita belum makan buahnya jadi belum tahu rasanya, mustinya tugas pemerintah yang meneliti setiap klone yang mau lepas sebagai klone unggul local. Teliti dan tahan sampai 7 tahun lebih, buahkan di tiap daerah, kalau memang bagus baru lepas bibit” kata Josia
“Meski sudah berbuah, saya enggak rekomendasi. Pilihan klone terserah pekebun masing-masing, kalau kita rekomen terus tau-tau ngak adaptif di tempat mereka nanti jadi beban moral, ya tinggal datang ke kebun saya, makan buahnya habis gitu pilihan ditangan mereka masing-masing” begitu Josia menambahkan.
JAKARTA 24 April 2017
Sigit Purwanto
Jurnalis
Durian Mania