Masalahnya pun bukan soal Syariah Islam atau tidak, sentimen rasial anti cina atau tidak. Bukan itu. Ini semua hanya alat propaganda. Paradoks misal anti Cina kafir yang ditujukan ke Ahok tetapi sujud pada Harry Tanoe, atau sebaliknya cap Liberal dan Syiah yang disematkan pada Anies, tapi dianggap akan membawa DKI Jakarta bersyariah. Pertentangan yang tidak masuk akal sehat.
Saumiman Saud mengatakan, harus diakui, bahwa Jakarta mengalami banyak perubahan di bawah kepemimpinan Ahok, misalnya PKL yang biasanya berkerumun berjualan di tanah Abang sudah ditata dan dipindahkan
Masyarakat yang tinggal di bantara kali  dan biasa menempati tempat banjir seperti kampung Pulo sudah dipindahkan ke rumah susun yang berbentuk apartement, taman-taman yang biasanya tidak terawat telah direhab dan dibangun kembali menjadi taman yang ramah terhadap anak, diisi dengan perpustakaan
Selain itu kita melihat bagaimana sungai dan waduk sudah dikeruk terus dan tatkala hujan tidak sampai 6 jam airnya sudah surut kembali. Bagian perparkiran ditertibkan, bus transport ditambah dan diganti yang baru, adanya pemberia Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar untuk membantu masyarakat miskin dan sejumlah gebrakan lain bidang pelayanan
Kini Ahok memang tidak lagi menjadi Gubernur  DKI Jakarta, setelah gagal terpilih akibat kasus penistaan agama yang memaksanya duduk di kursi pesakitan dan menjebloskannya mendekam di penjara. Tapi sosok Ahok tidak pernah pudar jadi bahan pembicaraan dan perpolitikan Indonesia. Sosok pemimpin yang tetap dikagumi, terutama di mata mereka (masyarakat)  yang mencintai Ahok
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H