Sementara aku dengan mata mendelik malah mengomel, "Ayo pukul lagi Kak, ditekan dengan gagang sapu. Iya betul begitu, pukul saja..". lalu aku perlahan mengendap turun dari tempat tidur dengan sapuku bagai bayonet terhunus.
"Buk..dzig..dbok..!!" 3 kali kuhantam tikus jelek itu keras-keras dengan sapu. Sapuku tidak patah yang menunjukkan satu arti bahwa aku tidak setegar istriku. "Sudah Yah, tikusnya sudah mati tuh. Nggak usah dipukul lagi" ujar Alvin sambil memandang iba pada sang tikus yang kali ini tampaknya sudah 100% pingsan atau memang beneran ko'it bin mati.
Sang istri datang. Sigap dan cermat ia memasukkan tikus ke kresek dengan sapu milik Kakak. Langsung dibuang ke tempat sampah diluar dan akupun menarik napas panjang, legaaa...
Segelas teh es menjadi simbol perayaan kemenangan kami melawan sang tikus. Masing-masing dapat satu gelas. Dingin menyegarkan hati yang dari tadi deg-degan nggak karuan. Setelah ini masih ada acara menyapu, membersihkan dan mengatur kembali kamar tengah itu. Tapi itu tentu saja sangat sepele dibanding peperangan dengan sang tikus yang baru saja kami menangkan.
Pesan moral : Aktifitas liburan keluarga yang menumbuhkan kebersamaan dan meningkatkan adrenalin sekaligus, cobalah dengan mengusir tikus di rumahmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H