Misalnya, seseorang yang takut ketinggalan dalam karier mungkin akan lebih termotivasi untuk belajar keterampilan baru.Â
Tetapi jika FOMO berlebihan, justru bisa membuat seseorang selalu merasa tidak cukup, bahkan ketika mereka telah mencapai banyak hal.
Sebaliknya, JOMO yang berlebihan juga bisa berdampak negatif jika seseorang terlalu nyaman dengan pilihannya sehingga menutup diri dari pengalaman baru.Â
Jika seseorang selalu memilih untuk tinggal di rumah dan menolak semua ajakan sosial, mereka bisa kehilangan peluang penting untuk berkembang dan bersosialisasi.Â
Oleh karena itu, keseimbangan antara JOMO dan FOMO adalah kunci untuk menjalani hidup dengan lebih sehat dan bahagia.
Kesimpulannya, baik FOMO maupun JOMO adalah respons psikologis terhadap kehidupan sosial dan digital yang kita jalani saat ini.Â
FOMO bisa mendorong seseorang untuk lebih aktif dan terlibat dalam banyak hal, tetapi jika berlebihan, dapat menyebabkan stres dan tekanan sosial.Â
Sementara itu, JOMO memberikan kebebasan untuk memilih apa yang benar-benar membuat kita bahagia tanpa harus mengikuti standar orang lain.Â
Pada akhirnya, hidup yang paling baik adalah hidup yang kita jalani dengan kesadaran penuh—bukan karena takut ketinggalan, tetapi karena kita tahu apa yang benar-benar membuat kita puas dan bahagia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI