Tepat saat itu, ayahnya baru saja pulang dari masjid. "Anisa, ayo salat dulu. Sudah jam empat sore, jangan main HP terus," katanya lembut.
Anisa hanya mengangguk, lalu beranjak untuk menunaikan salat dan mandi. Namun, pikirannya tetap dihantui oleh pesan misterius tadi.
Setelah selesai, ia buru-buru mengambil HP-nya. Ternyata, pesan baru sudah masuk.
"Alhamdulillah kalau sudah salat dan mandi. Kenalan dulu ya, panggil saja saya Kak Budi. Saya alumni sekolah Y, yang terkenal itu."
Rasa lega sekaligus penasaran bercampur menjadi satu. Anisa pun membalas dengan penuh antusias.
"Wah, terima kasih, Kak. Kakak alumni sekolah Y? Ayah saya juga lulusan sekolah itu, loh!"
"Oh, iya? Ayahmu hebat, ya!" balas Budi.
"Benar, Kak. Ayah bilang kalau sekolah di sana itu tidak harus pintar, yang penting rajin belajar. Saya ingin sekali bisa sekolah di sana!"
Percakapan mereka pun terus berlanjut. Kak Budi memberikan semangat kepada Anisa untuk belajar lebih giat. Ia mengingatkan Anisa bahwa waktunya hanya tinggal dua bulan sebelum ujian akhir.
Hari-hari berikutnya, Kak Budi menjadi teman belajar yang setia bagi Anisa. Ia selalu memberikan penjelasan yang jelas dan mudah dipahami via WA, membuat Anisa merasa lebih percaya diri.
"Wah, Kakak hebat banget! Penjelasannya rapi, seperti ayah saya," puji Anisa.