Mohon tunggu...
Tulus Hermawan
Tulus Hermawan Mohon Tunggu... Peternak - Seorang penulis yang berusaha menuangkan idenya

Tulus Hermawan Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ostario (Part 1)

22 Juni 2018   07:00 Diperbarui: 22 Juni 2018   08:56 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bulan purnama tampak anggun, dengan berselimutkan awan kelabu yang seolah menjadi lukisan nyata suasana kota Ostario malam ini. Teriakan histeris, raungan, tangisan, rintihan menjadi satu padu menjadi sebuah pertunjukan orkestra paling mengerikan. Kilatan cahaya saut menyaut menjadi pertunjukan heroik para pahlawan yang berusaha menghentikan tragedi yang terjadi.

Tetes darah mengalir melalui guratan wajah cemas dan kelelahan. Mereka tidak mampu menyembunyikan gurat kelelahan di wajah mereka, badan mereka telah dipenuhi dengan luka, air mata mulai menetes membasahi tanah yang memerah di Taman Wise yang berada di tengah kota Ostario. Kecemasan mulai menyeruak, membuat mereka ragu, apakah mereka mampu menang? Jumlah mereka kian sedikit, namun musuh justru bertambah semakin banyak.

"Pertahankan kota ini dengan segenap kekuatan kalian, aku akan selalu berada di sisi kalian, bahkan bila kepala ini sudah tidak menyatu dengan badanku lagi." Majulah kalian para pahlawan, nama kalian akan tercantum dengan indah di monumen peringatan tragedi ini!!! Tinggalkanlah kebanggaan bagi generasi setelah  kalian." Seruan semangat membahana dan menyeruak kesetiap relung hati dan mengobarkan semangat para pendekar.

Kibasan pedang membelah kelabunya malam, menebas apapun yang didepannya. Kilatan cahaya saut menyaut menyinari Taman Wise, serta meninggalkan lubang-lubang menganga yang menjadi kuburan bagi para pahlawan. Satu persatu para pahlawan menghembuskan nafas terakhir, hingga jatuhnya sang panglima dengan tubuh yang tidak lagi utuh.

Kekalahan telah benar-benar menjadi nyata. Mayat bergeliamangan, dibiarkan begitu saja di setiap sudut kota. Para penduduk telah memasrahkan hidup mereka di tangan para pengkhianat. Kedamaian dan kejayaan kota Ostario selama ini, hilang hanya dalam satu malam. Raja Elves yang selama terkenal sebagai salah satu dari 12 Jenderal Dunia telah kalah. Begitu pula dengan 7 Pendekar Ostario yang selama ini setia menjadi pengawal Raja Elves,

Pangeran Ivan yang telah berhasil membunuh ayahnya sendiri, perlahan namun pasti melangkahkan kakinya ke Balai Pusat Ontario. Disamping kanan dan kirinya dua titan O dan E mandampingi dengan setia. Langkahnya diikuti para pasukan setianya yang telah membantunya dalam pengkhianatan ini.

"Era baru negeri ini telah tiba, ditanganku negeri ini akan menjadi negeri yang ditakuti dan kuat. Lebih kuat dibandingkan delapan negeri utama lainnya. Aku akan menjadi Raja terkuat dalam sejarah negeri ini. Kalian harus tunduk dan patuh kepadaku!" seru Pangeran Ivan segera setelah sampai di depan Balai Kota Ostario. Para penduduk kota Ostario hanya bisa merunduk, merinding ketakutan, pasrah dan hanya mampu menangisi nasib menyedihkan mereka kini. Malam kian larut dan kota Ostario dan seluruh negeri telah benar-benar hancur. Hidup mereka kini tidak akan lagi sama.

10 tahun kemudian....

Era City....

"Nampaknya, salah satu dari tujuh pendekar Ostario masih hidup."

"Benar katamu, kemarin pihak Kerajaan sudah menyebarkan poster pencariannya."

"Aku berharap bahwa pendekar tersebut memang masih ada dan mampu membuat revolusi."

Seorang wanita tiba-tiba berlalu dan berusaha menghindari kerumunan setelah mendengar percakapan dua orang tua di sebuah kedai roti. Dengan membawa sekeranjang penuh roti ia menuju ke arah pinggiran kota. Sebuah gubuk ditengah hamparan rumput hijau menjadi tujuan langkahnya. Dengan berhati-hati ia memastikan bahwa tidak ada seorangpun yang mengikutinya.

"Mama..."teriak seorang anak kecil menyambut kedatangan wanita tersebut dengan manisnya.

"Kau sudah pulang Esmerald."sapa seseorang dengan suara yang menunjukan kerentaannya.

"Kelihatannya peristiwa kemarin telah memancing perhatian pihak Kerajaan, Granny. Mereka masih mencari keberadaan kita, bahkan setelah 10 tahun peristiwa pengkhianatan tersebut."

"Benar, selain itu kekuatan Esvelt sangat besar, aku khawatir dia tidak akan mampu untuk mengendalikannya seperti kejadian kemarin"

"Benar Granny, sebaiknya kita bergegas untuk pergi. Aku akan mencoba untuk menemui Guru Ma. Aku berharap ia mau untuk menjadi guru untuk Esvelt"

"Baiklah, malam ini kita berangkat."

Malam itu suasana Era City begitu damai, dengan kekuatannya, Nenek Granny berusaha agar tidak ada yang menyadari keberangkatan mereka. Kekuatan Nenek Granny semakin memudar setelah peristiwa sepuluh tahun yang lalu.

Esmerald telah menyewa sebuah mobil. Malam itu mereka harus bergegas. Pasukan Kerajaan sudah mulai menyadari keberadaan mereka. Selama sepuluh tahun pelarian mereka di Era City keadaan tidak terlalu buruk. Namun, tiga hari yang lalu secara tidak sengaja Esvelt telah mengeluarkan potensi kekuatannya. Kejadian tersebut membuat keberadaan mereka mulai terdeteksi oleh pihak Kerajaan.

Malam semakin larut, Esvelt telah terlelap dalam tidurnya. Nenek Granny pun telah masuk ke dalam mobil dengan masih berkonsentrasi memepertahankan efek kekuatannya. Esmerald memastikan tidak ada yang mengikutinya dengan melihat sekitar. Setelah merasa aman, Esmerald kemudian memacu mobil sewaannya menuju ke arah barat. Menuju Kota Fu, tempat persembunyian mereka yang selanjutnya,

Perjalanan mereka cukup panjang, setelah melewati perbatasan Era City mereka harus melewati Hutan Peri Kematian. Jalur ini menjadi jalur paling aman untuk pelarian mereka. Tidak akan ada yang berani melintas di hutan ini pada malam hari, namun bagi Esmerald hutan ini sudah seperti rumahnya sendiri. Setelah melewati Hutan Peri Kematian, mereka akan melewati Padang Pasir Tak Bernama, barulah mereka akan sampai di sisi timur Kota Fu.

"Uhuk-uhuk..Esmerald, pacu mobilnya dengan lebih cepat. Aku merasakan hal buruk akan terjadi." Kata Granny dengan sedikit memaksakan suara keluar dari mulutnya yang keriput.

"Apa yang kau rasakan Granny?" Esmerald mulai merasa khawatir

"Titan..Titan Esmerald!"sambung Nenek Granny dengan mata mulai melotot dan badan yang gemetar ketakutan."

"O dan E?"

"Bukan! Mereka jauh lebih lemah, tapi kekuatan mereka tidak bisa diremehkan."

"Padahal aku telah memasang perangkat di hutan, tapi kenapa mereka masih bisa lolos."

"Aku akan berusaha menghalangi mereka di perbatasan hutan, kau cepat pacu mobil ini dengan lebih cepat." Perintah Nenek Granny

Mobil melaju dengan cepat. Di perbatasan hutan dengan gurun terlihat dua makhluk besar dengan taring panjang dan lidah yang menjulur hingga hampir menyentuh tanah. Tinggi mereka mencapai tiga meter dengan otot kekar dan perut yang buncit. Muka mereka seperti perpaduan monyet dengan babi. Penuh rambut dan beringas.

Pohon-pohon mulai bereaksi dengan kehadiran mereka,. Perangkap yang disiapkan oleh Esmerald mulai bekerja. Akar-akar pohon menembus dari dalam tanah berusaha menusuk tubuh para titan. Namun, rambut mereka tiba-tiba mengeras dan menghancurkan ujung tajam dari akar pohon tersebut.

Rambut keras tersebut juga melindungi mereka dari seangan daun-daun yang berusaha memotong dan merobek mereka. Satu persatu pohon-pohon hidup tersebut tumbang. Perangkap Esmerald tidak mampu menahan mereka lebih lama lagi. Kekuatan mereka pun berhasil menghancurkan pasukan batu yang dibuat oleh Granny. Dengan satu pukul mereka mampu menghancurkan pasukan batu.

Tepat dua puluh menit setelah mereka sadar bahwa mereka telah diikuti, mereka telah sampai di Kota Fu dan segera bergegas menuju Kuil Asle. Esvelt telah bangun dari tidurnya dan sedang meminum susunya. Granny masih berusaha untuk mengenali keadaan. Dengan wajah yang sudah menunjukan gurat kelelahan, kecemasan, dan ketakutan Esmerald masih memacu mobilnya. Mereka harus bergegas untuk sampai ke Kuil Asle.

Kuil Asle sendiri sebenarnya telah lama hancur. Setelah tragedi pengkhianatan Pangeran Ivan sepuluh tahun yang lalu, kuil itu segera dihancurkan karena menjadi tempat berlatihnya para pendekar. Pangeran Ivan takut bahwa nantinya akan tercipta sosok yang melakukan revolusi. Beberapa kuil pun tidak luput dari misi penghancuran tersebut.

Setelah dirasa dekat dengan Kuil Asle, mereka memutuskan untuk berhenti dan berjalan kaki menuju Kuil Asle. Sangat berbahaya jika mereka tetap melanjutkan perjalanan dengan menggunakan mobil. Mereka bergegas menuju pintu Utara dan melewatinya. Lorong bawah tanah mereka susuri dengan kondisi yang hampir runtuh mereka harus sangat berhati-hati. Tiba-tiba beberapa orang datang dan menyerang,  menjatuhkan Esmerald dan Nenek Greanny. Pakaian mereka sepeti pakaian tentara kerjaan. Beberapa ada yang menyerupai Titan. Mereka tertangkap! Esmerald berusaha bangun, namun pukulan telak itu membuatnya tidak bisa bergerak. Air mata mulai menetes dan ia jatuh pingsan seketika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun