Mohon tunggu...
Nisa Nurazizah
Nisa Nurazizah Mohon Tunggu... Lainnya - -

sedang belajar menulis✨

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kupas Isu "The End of Mass Communication?"

31 Maret 2024   07:18 Diperbarui: 3 Januari 2025   16:28 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi era new media (Sumber: freepik.com/storyset)

Kasus 1: Seorang istri melakukan pembunuhan terhadap suami dan anak tirinya, serta mengaku bahwa rencana pembunuhan yang ia lakukan terinspirasi dari cerita sinetron (BBC News)

Kasus 2: Seorang remaja berusia 15 tahun membunuh tetangganya yang berusia lima tahun dan mengaku terinspirasi dari film berbau pembunuhan di Youtube (Inews.id)

Kasus 1

Kasus pertama diambil berdasarkan berita online BBC News Indonesia, yang berjudul "Kasus pembunuhan suami dan anak: Bisakah sinetron mendorong tindak kejahatan keji?", yang ditulis oleh Rivan Dwiastono pada 5 September 2019. Kasus ini mengangkat tentang seorang istri yang melakukan pembunuhan terhadap suami dan anak tirinya, serta mengaku bahwa rencana pembunuhan yang ia lakukan terinspirasi dari cerita sinetron.

Dalam teori kultivasi, media massa khususnya televisi dianggap berpengaruh besar atas kecenderungan perilaku khalayaknya. Pengaruh tersebut tidak muncul secepat kilat melainkan membutuhkan waktu dan bersifat kumulatif. Selain itu, perubahan perilaku dapat terjadi jika intensitas dan frekuensi terpaan tayangannya tinggi. Teori ini juga berpendapat bahwa khalayak televisi merupakan individu-individu yang secara pasif menerima informasi dan tidak berinteraksi satu sama lain.

Namun, di era new media saat ini, internet telah mendominasi kehidupan manusia. Perangkat teknologi semakin canggih, media sosial menjadi teman akrab banyak orang, saluran dan konten media semakin beragam dan mudah diakses, dan masih banyak lagi. 

Hal ini menggeser keberadaan televisi sebagai media utama masyarakat dalam mengakses informasi dan hiburan. Masyarakat mulai beralih ke perangkat mobile lantaran bisa diakses kapanpun dan dimanapun. 

Kasus 2

Kemudian kasus kedua diambil berdasarkan berita online Inews.id berjudul "Remaja Bunuh Anak 5 Tahun di Sawah Besar karena Terinspirasi Film" yang ditulis oleh Okto Rizki Alpino pada 6 Maret 2020. Berita ini sempat viral menggemparkan publik dan menjadi bahan perbincangan hangat dalam waktu yang cukup lama. Berita ini mengungkap kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang remaja berusia 15 tahun terhadap tetangganya yang berusia lima tahun dan mengaku terinspirasi dari film berbau pembunuhan di Youtube.

Dari kasus berita di atas, bisa kita ketahui bahwa di era yang semakin canggih ini, memungkinkan anak di bawah umur dapat dengan mudah mengakses perangkat seluler dan media sosial. Maka, bukan hanya mendampingi anak menonton televisi, kini ada tugas baru bagi para orang tua untuk mengawasi anak-anaknya dalam bermedia digital. 

Saat ini, masyarakat menghabiskan sebagian besar waktu per harinya untuk mengakses informasi melalui perangkat seluler dibandingkan dengan menonton televisi. Dengan kata lain, intensitas terpaan new media jauh lebih besar dibanding terpaan tayangan televisi.

Dengan demikian, new media membuat kajian efek media menjadi semakin kompleks karena hadirnya beragam saluran dan konten media yang sangat tidak terbatas jumlahnya. Hadirnya new media ini membuat eksistensi teori kultivasi dipertanyakan. Jika kasus pertama bisa dikaji dengan teori kultivasi, yaitu kasus pembunuhan karena terpaan tayangan sinetron di televisi, lalu bagaimana dengan kasus kedua? yaitu pembunuhan yang terinspirasi dari film di internet.

Berdasarkan data di atas, bisa disimpulkan bahwa penggunaan media massa televisi sudah tidak se-masif dulu. Saat ini, khalayak telah beralih dari media televisi menuju media digital. Lebih lanjut, di samping teori-teori tentang penerimaan khalayak, perlu juga perluasan dengan menambah teori baru yang berkaitan dengan pendekatan penggunaan dan kepuasan terhadap media baru, motivasi khalayak dalam menggunakan media, dan lain sebagainya. Hal tersebut dikarenakan, sudah tidak relevan jika masih menganggap khalayak menerima informasi secara pasif. Era new media telah membuat khalayak lebih aktif, baik secara instrumental maupun ritual, dalam memilih dan memproduksi konten untuk diri mereka sendiri (Morris & Ogan, 1996).

Jadi, haruskah kita meninggalkan istilah 'komunikasi massa'?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun