Mohon tunggu...
Ahmad Irwansyah
Ahmad Irwansyah Mohon Tunggu... Seniman - Haii

Nikmati masa mudamu, jangan sampai menua tanpa cerita.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Dia Kulkas, Kamu Ember; Kalian Kompor: Kajian Semantik

20 Desember 2020   21:46 Diperbarui: 20 Desember 2020   21:51 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pembaca pasti sudah tidak asing dengan penyebutan ember, kulkas hingga kompor untuk menunjukan karakter atau sifat manusia. kata benda yang seharusnya menunjukan sebuah nama perabotan rumah berubah drastis menjadi kata sifat menunjukan karakter pada manusia banyak digunakan untuk bergurau, menggosip, bercerita baik di kehidupan langsung atau sosial media. Sebutan yang kerap digunakan pada tataran komunikasi teman atau rekan sebaya ini merupakan sebuah fenomena perubahan makna bahasa yang terjadi karena pengaruh perkembangan dari kehidupan.

Zaman terus berkembang dan  perubahan merupakan sesuatu yang pasti terjadi disetiap lini kehidupan, bukan hanya pengetahuan, teknologi, budaya, dan alam, namun, sebuah bahasa yang menjadi media komunikasi manusia juga sangat erat dengan perubahan karena sifatnya yang dinamis, konvensional dan arbitrer.

Pembahasan bahasa dari masa kemasa memang sangat unik jika diperbincangkan namun terkadang  dianggap sepele untuk didiskusikan. Banyak dari pengguna bahasa yang tidak memperdulikan fenomena-fenomena perkembangan bahasa karena dirasa tidak diperlukan untuk dikaji. Padahal, kepedulian terhadap bahasa merupakan sebuah cerminan dari kepeduliannya terhadap nilai identitas diri hingga sekelompok masyarakat.

Semantik: Perubahan Makna

Kembali lagi ke kulkas, ember, kompor dan perabotan lain yang memiliki nasib yang sama. Perubahan kata benda menuju kata sifat ini, merupakan salah satu fenomena bahasa yang menarik untuk dikaji menggunakan kaca mata semantik. Semantik merupakan bidang linguistik yang mengkaji arti bahasa. Grift (2006: 1) dalam buku semantik karya Dr. Makyun Subuki M.Hum, mendefinisikan semantik adalah kajian terhadap "perangkat" pengetahuan yang tersandikan dalam kosakata bahasa dan bagaimana kata tersebut digunakan dalam membentuk arti yang lebih luas hingga pada tingkatan kalimat.

Pembahasan semantik berfokus pada makna kata yang digunakan manusia dalam berkomunikasi dengan manusia yang lain. Lalu, salah apa ember, kulkas dan kompor ? kok sepertinya menyalahi arti yang sebenarnya?

Ember, kulkas dan kompor sejatinya tidak memiliki kesalahan suatu apapun, jadi jangan main hakim sendiri, ya. Fenomena perubahan makna pada bahasa adalah sesuatu yang lazim terjadi karena sudah menjadi sifat mendasar bahasa yang dinamis dan arbitrer. Perubahan yang terjadi pada ember, kulkas dan kompor merupakan perubahan yang disebabkan oleh adanya kebutuhan istilah baru, persoalan terkait dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat adalah kebutuhan istilah baru untuk merekam perubahan tersebut (Makyun Subuki, 2011:109).

Mari kita coba telisik satu persatu apa yang terjadi diantara ember, kulkas, dan kompor.

Kata ember, terjadi perubahan yang disebabkan adanya kebutuhan istilah baru yang erat berpasangan dengan kata 'mulut'. Mulut sebagai alat ucap yang digunakan manusia sebagai alat untuk berbicara atau komunikasi disandingkan dengan kata ember yang notabenenya  memiliki makna tempat air yang berbentuk silinder dan biasanya terbuat dari plastik ddan menjadi makna baru yang menunjukan sifat manusia yang yang suka gosip, keceplosan dalam bicara dan lain-lain yang berkaitan dengan mulut.

Berbeda dengan ember, pada kata kulkas terjadi perubahan yang disebabkan adanya kebutuhan istilah baru yang identic dengan sikap manusia dalam berkomunikasi. Kata kulkas sering dijadikan untuk menunjukan sikap manusia yang dingin (cuek) ketika berbicara. Perubahan makna ini baru terjadi masa-masa ini dan lebih banyak bersebaran di sosial media. Kata kulkas sering digunakan ketika bercakap mengenai asmara atau pdkt (pendekatan-pendekatan diri) dengan rekan sebayanya.

Mari kita beralih ke kata kompor. Ya, sering kali istilah ini digunakan di usia remaja hingga orang tua. Terjadi perubahan yang disebabkan untuk kebutuhan istilah baru yang menunjukan orang yang suka membawa pengaruh  kemarahan, kebencian  dan lain-lain yang berbau dengan emosi manusia. Banyak sekali pengguna bahasa yang menggunakan kata kompor dalam kesehariannya, apalagi ketika menggosip, ngerumpi dan saling bergurau.

Nah, seperti itu ya mengenai perubahan makna kata ember, kulkas dan kompor. Namun, tidak hanya itu yang akan kita bahas, selain perubahan makna karena adanya kebutuhan istilah baru, terdapat pula generelisasi makna pada ketiga tersebut. generelasasi merupakan dampak atau konsekuensi dari perubahan makna kata.

Generelasisasi atau lazim disebut juga broderning dan widening dalam bahasa inggris, mengacu pada gejala pada arti sebuah kata atau leksem yang menjadi lebih luas dari sebelumnya (Campbell dan Mixco 2007:222) . Kata yang awalnya diartikan secara spesifik berubah menjadi lebih luas atau memiliki cakupan makna yang lebih umum dari sebelumnya.

Kalau kita lihat kembali ke contoh kata ember, kulkas dan kompor, maka terlihat sebuah fenomena generalisasi kata yang mulanya hanya menunjukan sebuah perabotan rumah, maka sekarang memunculkan makna baru. Mari kita ulas sedikit mengenai generalisasi pada makna kata ember, kulkas dan kompor.

Generalisasi makna pada kata ember, kulkas dan kompor.

Terjadi generalisasi pada kata ember yang mulanya bermakna spesifik yang menunjukan sebuah wadah untuk menampung air dalam waktu yang sementara. Kini kata ember digunakan untuk menunjukan sifat manusia yang sering melakukan kesalahan dalam berbicara. Kesalahan yang dimaksud bukan menjurus pada kesalahan penggunaan bahasanya, namun kesalahan dari tindak tutur atau tujuan dari pembicaraanya. Misalnya keceplosan, tidak bisa menjaga rahasia, cerewet, mengada-ada dan lain-lain. 


"Dih, ember banget deh mulutnya!"
Sering kali kita mendengarkan ucapan tersebut ketika sedang berdialog dengan beberapa teman seperti sedang menggosip, bergurau, nongkrong dll. Namun penggunaan kata ember ini lebih sering digunakan oleh kaum perempuan ketika menggosip atau berdialog humor atau kepada teman-temannya. Kata ember ini tidak menunjukan kalau mulut lawan bicaranya berbentuk seperti ember ya. Tapi untuk menunjukan sifat lawan bicaranya yang ceplas-ceplos/berbohong/mengada-ada/sedang membongkar rahasia.

Berbeda dengan ember, pada kata kulkas terjadi generalisasi makna yang awalnya secara spesifik menunjukan lemari pendingin, karena ada perubahan makna generalisasi maka kata kulkas memiliki makna sifat yang dingin dan cuek ketika diajak berbicara. 

"wah, udah gue usahain asik, eh dia kulkas banget!" 

Disosial media sering muncul kata kulkas untuk menunjukan sifat dingin atau cuek seseorang. Kata kulkas ini sering digunakan oleh para remaja atau pemuda yang sedang asik kasmaran apalagi orang-orang yang gagal ketika masa pendekatan diri dengan lawan jenis yang ia sukai atau idolakan. 

"Kompor banget ini orang!"
Perabotan rumah ini seringkali digunakan oleh manusia remaja hingga usia lanjut usia untuk menyebutkan orang-orang yang suka memberikan ucapan-ucapan yang menimbulkan reaksi emosi atau tersinggung lawan bicaranya. 


Jadi seperti itu ya, permasalahan yang terjadi pada ember, kulkas dan kompor. Sebuah bahasan yang sepele namun dapat kita bedah dengan kajian linguistik yang serius. Ya, begitulah mempelajari dan mengkaji bahasa, mencoba mengenal lebih dekat dengan sesuatu yang sudah erat dengan kehidupan sehari-hari. 

Banyak sekali kata yang mengalami fenomena perubahan bahasa, selalu berubah dan selalu menarik untuk dibahas.

Jadi, kamu ember atau dia yang kompor dan aku yang kulkas? 

Referensi: Semantik, Makyun Subuki:2011.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun