Pembaca pasti sudah tidak asing dengan penyebutan ember, kulkas hingga kompor untuk menunjukan karakter atau sifat manusia. kata benda yang seharusnya menunjukan sebuah nama perabotan rumah berubah drastis menjadi kata sifat menunjukan karakter pada manusia banyak digunakan untuk bergurau, menggosip, bercerita baik di kehidupan langsung atau sosial media. Sebutan yang kerap digunakan pada tataran komunikasi teman atau rekan sebaya ini merupakan sebuah fenomena perubahan makna bahasa yang terjadi karena pengaruh perkembangan dari kehidupan.
Zaman terus berkembang dan  perubahan merupakan sesuatu yang pasti terjadi disetiap lini kehidupan, bukan hanya pengetahuan, teknologi, budaya, dan alam, namun, sebuah bahasa yang menjadi media komunikasi manusia juga sangat erat dengan perubahan karena sifatnya yang dinamis, konvensional dan arbitrer.
Pembahasan bahasa dari masa kemasa memang sangat unik jika diperbincangkan namun terkadang  dianggap sepele untuk didiskusikan. Banyak dari pengguna bahasa yang tidak memperdulikan fenomena-fenomena perkembangan bahasa karena dirasa tidak diperlukan untuk dikaji. Padahal, kepedulian terhadap bahasa merupakan sebuah cerminan dari kepeduliannya terhadap nilai identitas diri hingga sekelompok masyarakat.
Semantik: Perubahan Makna
Kembali lagi ke kulkas, ember, kompor dan perabotan lain yang memiliki nasib yang sama. Perubahan kata benda menuju kata sifat ini, merupakan salah satu fenomena bahasa yang menarik untuk dikaji menggunakan kaca mata semantik. Semantik merupakan bidang linguistik yang mengkaji arti bahasa. Grift (2006: 1) dalam buku semantik karya Dr. Makyun Subuki M.Hum, mendefinisikan semantik adalah kajian terhadap "perangkat" pengetahuan yang tersandikan dalam kosakata bahasa dan bagaimana kata tersebut digunakan dalam membentuk arti yang lebih luas hingga pada tingkatan kalimat.
Pembahasan semantik berfokus pada makna kata yang digunakan manusia dalam berkomunikasi dengan manusia yang lain. Lalu, salah apa ember, kulkas dan kompor ? kok sepertinya menyalahi arti yang sebenarnya?
Ember, kulkas dan kompor sejatinya tidak memiliki kesalahan suatu apapun, jadi jangan main hakim sendiri, ya. Fenomena perubahan makna pada bahasa adalah sesuatu yang lazim terjadi karena sudah menjadi sifat mendasar bahasa yang dinamis dan arbitrer. Perubahan yang terjadi pada ember, kulkas dan kompor merupakan perubahan yang disebabkan oleh adanya kebutuhan istilah baru, persoalan terkait dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat adalah kebutuhan istilah baru untuk merekam perubahan tersebut (Makyun Subuki, 2011:109).
Mari kita coba telisik satu persatu apa yang terjadi diantara ember, kulkas, dan kompor.
Kata ember, terjadi perubahan yang disebabkan adanya kebutuhan istilah baru yang erat berpasangan dengan kata 'mulut'. Mulut sebagai alat ucap yang digunakan manusia sebagai alat untuk berbicara atau komunikasi disandingkan dengan kata ember yang notabenenya  memiliki makna tempat air yang berbentuk silinder dan biasanya terbuat dari plastik ddan menjadi makna baru yang menunjukan sifat manusia yang yang suka gosip, keceplosan dalam bicara dan lain-lain yang berkaitan dengan mulut.
Berbeda dengan ember, pada kata kulkas terjadi perubahan yang disebabkan adanya kebutuhan istilah baru yang identic dengan sikap manusia dalam berkomunikasi. Kata kulkas sering dijadikan untuk menunjukan sikap manusia yang dingin (cuek) ketika berbicara. Perubahan makna ini baru terjadi masa-masa ini dan lebih banyak bersebaran di sosial media. Kata kulkas sering digunakan ketika bercakap mengenai asmara atau pdkt (pendekatan-pendekatan diri) dengan rekan sebayanya.
Mari kita beralih ke kata kompor. Ya, sering kali istilah ini digunakan di usia remaja hingga orang tua. Terjadi perubahan yang disebabkan untuk kebutuhan istilah baru yang menunjukan orang yang suka membawa pengaruh  kemarahan, kebencian  dan lain-lain yang berbau dengan emosi manusia. Banyak sekali pengguna bahasa yang menggunakan kata kompor dalam kesehariannya, apalagi ketika menggosip, ngerumpi dan saling bergurau.