Apabila nikel yang selama ini diekspor diolah langsung jadi feronikel, maka harganya bisa 10 kali lipat. Dan jika diolah lagi menjadi stainless steel, tentu harganya semakin tinggi, 19 kali lipat.
Kemudian, keuntungan bagi Indonesia bukan cuma soal nilai tambah, melainkan juga terbukanya lapangan kerja yang cukup luas. Beroperasinya puluhan pabrik tadi pasti mampu menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit.
Maknanya, kebijakan larangan ekspor nikel mentah ke luar negeri tidak bermaksud mengganggu industri baja dunia, tetapi lebih kepada bagaimana Indonesia memanfaatkan potensi bisnis demi keuntungan negara dan kesejahteraan masyarakat.
Investor Asing Serbu Indonesia
Hal lain yang perlu dipahami bahwa pada 2027, era kendaraan listrik akan dimulai. Dan salah satu pemainnya adalah Uni Eropa. Maka patut dimengerti jika Uni Eropa akhirnya merasa terganggu atas adanya larangan ekspor nikel oleh Indonesia.
Nikel yang dijuluki "the mothers of industry" merupakan tulang punggung industri otomotif. Di samping bermanfaat usai berwujud stainless steel, 6 persen bahan dasar nikel berguna dalam pembuatan baterai.
Indonesia tidak mau bertindak sebatas pemasok bahan baku, terlebih menjadi penonton manakala era baru itu berlaku. Sehingga, pemerintah pun cepat berhitung, agar pabrik baterai listrik dan kendaraan listrik hadir di tanah air.
Tahukah bila yang 'kecewa' terhadap Indonesia bukan hanya Uni Eropa? Malaysia juga demikian. Mantan Perdana Menteri Malaysia, Najab Razak bahkan menulis status rasa 'iri' di Facebook.
Najib menyentil pemerintah Malaysia karena iri melihat Indonesia yang dilirik beberapa perusahaan raksasa dunia. Perusahaan yang disebut Najib, antara lain Google, Amazon, dan Tesla.
"Tesla akan ke Indonesia. Amazon akan ke Indonesia. Google akan ke Indonesia. Apa yang sudah berlaku?," tulis Najib akun Facebook miliknya bernama @najibrazak, Senin (14/12/2020).
Perlu diingat, untuk urusan kerjasama dengan perusahaan pertama yang disebut Najib, yaitu Tesla, tengah dijajaki Indonesia. Bahkan Presiden Jokowi langsung turun tangan menelepon CEO Tesla, Elon Musk, pada 11 Desember 2020.