Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Saran Sutiyoso dalam "Menjinakkan" Rizieq Shihab Menarik, tapi...

1 Desember 2020   18:35 Diperbarui: 1 Desember 2020   18:37 2206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso | KOMPAS.com/ Bonfilio Mahendra Wahanaputra Ladjar

Setidaknya ada dua berita yang menyita perhatian publik di awal Desember 2020 ini, yaitu kabar mengenai Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang dinyatakan positif terpapar Covid-19 dan pemeriksaan pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab di Mapolda Metro Jaya.

Publik mengetahui Anies positif Covid-19, setelah Anies mengumumkan sendiri secara terbuka di akun media sosialnya, dalam bentuk video singkat. Pada dini hari tadi, Anies mengaku bahwa ia terpapar meskipun tanpa gejala.

Maka dari itu, Anies meminta agar orang-orang atau pihak yang merasa pernah kontak erat dengannya untuk memeriksakan diri segera di rumah sakit atau puskemas terdekat. Ia pun kemudian memutuskan untuk menjalani isolasi mandiri selama beberapa hari ke depan.

Kemudian berita kedua, yakni soal pemeriksaan Rizieq oleh penyidik Mapolda Metro Jaya terkait dugaan kasus tindak pidana pelanggaran protokol kesehatan di masa pandemi, yang seharusnya dilaksanakan hari ini, Selasa (01/12/2020).

Apakah Rizieq berhasil memenuhi panggilan penyidik untuk dimintai keterangan sebagai saksi atas kerumunan massa yang melibatkan dirinya, antara lain acara di Tebet (Maulid Nabi Muhammad SAW) dan Petamburan (Maulid Nabi Muhammad SAW dan pernikahan putrinya)?

Belum ada kabar jelas tentang hal itu. Hingga sore ini, Rizieq ternyata belum juga menampakkan "batang hidung" di Mapolda Metro Jaya untuk "ditangkap" kamera awak media.

Menurut keterangan para kuasa hukumnya, Rizieq kemungkinan besar batal memenuhi panggilan, dengan alasan sedang kelelahan sehingga butuh istrahat. Kuasa hukum memastikan akan menemui penyidik untuk menyampaikan alasan serta penjelasannya.

Mendengar informasi atas kemungkinan Rizieq batal penuhi panggilan, pihak Mapolda Metro Jaya telah menyiapkan langkah berikutnya. Jika akhirnya Rizieq betul tidak hadir, maka pemeriksaan terhadapnya akan dijadwalkan ulang (panggilan kedua), yaitu pada Kamis, 3 Desember 2020.

Mari kita tinggalkan berita tentang kondisi kesehatan Anies dan proses pemeriksaan Rizieq. Semoga kesehatan Anies secepatnya pulih supaya dapat menjalankan aktivitas sedia kala. Lalu perihal kasus Rizieq, biarlah itu menjadi kewenangan dan kebijakan penyidik.

Kita kembali pada pokok pembahasan, sesuai judul tulisan ini. Apa sebenarnya saran atau siasat untuk bisa "menjinakkan" Rizieq, yang dimaksud oleh mantan Gubernur DKI Jakarta (1997-2007) Sutiyoso? Mengapa ia mengungkapkannya dan kepada siapa saran tersebut ditujukan?

Dalam sebuah tayangan video wawancara di detik.com (30/11) - sila klik kalau berkenan - di mana kegiatannya berlangsung pada Sabtu lalu (28/11), mantan Pangdam Jaya itu membuka pengalamannya ketika menghadapi "ulah" Rizieq, kala ia menjabat sebagai gubernur.

Mantan Kepala BIN ini "terpaksa" ikut menanggapi fenomena Rizieq, yang terlebih dahulu mengomentari peristiwa pencopotan baliho Rizieq di berbagai tempat di ibu kota oleh pasukan TNI.

Sutiyoso mengatakan, semestinya TNI (dalam hal ini personil Kodam Jaya) tidak perlu turun tangan mengurusi baliho Rizieq bila Anies, Pangdam Jaya, dan Kapolda Metro Jaya berkoordinasi dengan baik, serta telah bertindak tegas dan terukur dari awal.

Maksudnya adalah, pencopotan baliho dan penertiban kegiatan massa yang melibatkan Rizieq cukup ditangani pejabat tinggi dan pemegang amanat tugas di daerah. Sutiyoso berharap, yang menertibkan baliho dan kerumunan massa yaitu anggota Satpol PP DKI Jakarta.

Meski demikian, Sutiyoso tidak membantah, bahwa anggota TNI dan Polri perlu juga bersiap diri ikut membantu, manakala Satpol PP DKI Jakarta menghadapi kesulitan di lapangan.

Selanjutnya, Sutiyoso mengungkap, "kenakalan berlanjut" Rizieq dan kelompoknya belakangan ini semestinya tidak terjadi, apabila pimpinan daerah (dalam Forum Komunikasi Pimpinan Daerah atau Forkopimda) sudah berkoordinasi dan melakukan langkah-langkah pendekatan.

Pendekatan yang dimaksud, secara halus. Dan jika terpaksa (dibutuhkan), maka pendekatan keras bisa dilaksanakan. Apakah artinya Anies, Pangdam Jaya, dan Kapolda Metro Jaya harus "membujuk-bujuk" Rizieq dan kelompoknya lebih dulu?

Kira-kira begitu yang dimaksud Sutiyoso. Ia menuturkan, andaikan pimpinan daerah telah bersikap tegas dan terukur sebelumnya, yaitu sejak terjadi kerumunan di jalan tol dan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, mungkin persoalan tidak semakin membesar.

Apakah berarti pimpinan daerah mestinya sudah menertibkan Rizieq dan kelompoknya jauh-jauh hari supaya tidak berlanjut aksi kerumunan serupa? Tepat. Itulah yang diinginkan Sutiyoso.

Selanjutnya, kepada siapakah saran itu ditujukan? Jelas, kepada Anies selaku kepala daerah sekaligus Ketua Forkopimda DKI Jakarta. Berdasarkan hasil koordinasi dengan Pangdam Jaya dan Kapolda Metro Jaya, Anies sepantasnya konsisten menegakkan peraturan yang berlaku di wilayahnya.

Sekali lagi, membaca dan mendengar tuturan Sutiyoso, Anies yang diminta tampil paling depan, memerintahkan jajaran di bawahnya untuk melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing secara maksimal.

Soal pengalaman bagaimana menghadapi kelakuan Rizieq dan kelompoknya sekian tahun lalu, Sutiyoso mengungkapkan bahwa selama ia menjabat gubernur, dirinya sering dibuat pusing.

Salah satu contohnya yakni, ketika suatu saat Kantor Gubernur DKI Jakarta dikepung oleh massa FPI yang dipimpin langsung oleh Rizieq yang menuntut Sutiyoso untuk menutup seluruh restoran atau rumah makan yang ada di ibu kota di masa bulan puasa.

Di tayangan video wawancara, Sutiyoso berujar bahwa kala itu ia memilih melakukan pendekatan "dari hati ke hati". Ia memutuskan berangkat ke kantor walaupun dilarang salah seorang pejabat pemberi informasi. Ia mengajak Rizieq berdiskusi, bahkan sampai terjadi perdebatan.

Hasilnya, Rizieq menerima penjelasan Sutiyoso dan kemudian "mengultimatum" kelompoknya agar membubarkan diri. Sutiyoso menjelaskan, kebijakannya yang mengizinkan sebagian restoran beroperasi, sudah tercantum di dalam Perda dan disetujui anggota DPRD DKI Jakarta.

Ternyata Sutiyoso hebat juga karena berhasil menaklukkan Rizieq, bukan? Andaikan saja Anies sempat memikirkan cara-cara seperti itu. Dan andaikan pula Sutiyoso tidak terlambat untuk menyampaikan siasat jitu tersebut kepada Anies.

Ya, semoga saja Anies mendengar dan mau belajar dari pengalaman Sutiyoso supaya posisinya sebagai kepala daerah kukuh berdiri tegak, serta pikirannya tidak dihantui keraguan dan kecemasan.

Saran dari Sutiyoso kiranya bermanfaat. Cuma agaknya Sutiyoso 'terlalu' menyamakan Anies dengan dirinya. Maksudnya begini, kondisi "kebatinan" Anies saat ini sebenarnya berbeda dengan yang dialami Sutiyoso.

Pertimbangan psikologis (yang kemudian mempengaruhi sikap dan tindakan) Anies, dapat ditebak tidak dipikirkan oleh Sutiyoso. Entah bagaimana dulu Sutiyoso menjabat gubernur selama 10 tahun dan mendapat dukungan dari mana.

Publik dan Sutiyoso pastinya tahu, salah satu elemen atau kelompok masyarakat yang berkontribusi memenangkan Anies di Pilkada 2017 adalah Rizieq dan FPI. Tidakkah perasaan dilematis Anies (dalam bersikap tegas) dipertimbangkan Sutiyoso?

Tidak jugakah dipahami Sutiyoso bahwa pengalamannya di dunia militerlah yang membentuk ketegasannya, lengkap dengan siasat-siasat jitunya? Mengapa Sutiyoso menyamakan Anies dengan dirinya? Belum lagi masalah pandemi yang nyata menambah beban pikiran Anies.

Oleh karena itu, ketimbang sekadar menyampaikan saran lewat media, alangkah baiknya Sutiyoso mengajak Anies berdiskusi, memecah persoalan dan mencari solusi. Selaku pendahulu, sudah tepat bagi Sutiyoso membantu penerusnya. Maukah Sutiyoso melakukan itu? Mudah-mudahan.

Sekian. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun