Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Risma Bakal "Turun Takhta", Berikutnya?

18 Agustus 2020   15:24 Diperbarui: 18 Agustus 2020   16:02 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak kenal Tri Rismaharini atau yang akrab dipanggil Risma? Beliau kini sedang menjabat sebagai Walikota Surabaya. Jabatan ini sudah diemban sejak 2010 silam. Artinya telah berjalan sepanjang 2 (dua) periode berturut-turut.

Menjadi walikota selama 10 (sepuluh) tahun bisa dianggap sebuah bukti amanah Risma atas kepercayaan warga Surabaya terhadap dirinya. Janji pengabdiannya tetap dipegang teguh, tanpa tergoyahkan.

Risma, satu dari segelintir kepala daerah yang cukup fenomenal di negeri ini. Hampir setiap tindak-tanduknya konsiten masuk berita di berbagai media. Mulai dari aksi heroik, luapan emosi, hingga capaian prestasinya.

Misalnya saja untuk aksi heroik, Risma pernah turun ke jalan mengatur lalu-lintas, menertibkan pedagang kaki lima (PKL), menata trotoar, membantu petugas pemadam kebakaran (damkar), memperbaiki taman, dan sebagainya.

Bagi sebagian orang, aksi-aksi Risma tersebut dinilai berlebihan dan semacam upaya untuk mencari popularitas. Namun jika dipahami, apa yang dilakukannya sebenarnya mau memberi contoh bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik.

Pemimpin tidak boleh hanya duduk-duduk saja di balik meja kerja. Seorang pemimpin harus punya rasa peduli dan mau rutin mengecek segala hal yang terjadi di tengah warga. Tidak sebatas menunggu laporan bawahan. Semua wajib dipastikan sesuai arahan dan kebutuhan.

Berikutnya, soal luapan emosi, baik itu yang terlihat "negatif" maupun "positif". Luapan emosi "negatif" misalnya, Risma sempat memarahi petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil gara-gara lambannya penerbitan KTP Elektronik (e-KTP).

Selain itu, Risma juga disebutkan pernah mengamuk kepada kontraktor proyek jembatan bundaran kampus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Progres pengerjaan jembatan tidak sesuai harapan, itulah yang membuatnya naik pitam.

Untuk luapan emosi "positif", tidak terhitung berapa kali Risma mengeluarkan kata "maaf". Maaf, maaf, dan maaf. Kata yang sering keluar dari mulutnya dikala dirinya berhadapan dengan warga dan pejabat terkait.

Permintaan maaf Risma yang amat menghebohkan publik beberapa waktu lalu adalah saat ia sujud berlutut di kaki pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya.

Tepatnya pada Senin, 29 Juni 2020, saat rapat audiensi membahas penanganan pandemi Covid-19 bersama pengurus IDI Surabaya, Risma menangis dan spontan bersimpuh di kaki seorang dokter. Ia meminta maaf karena merasa disalahkan akibat tingginya angka Covid-19 di wilayahnya.

Meminta maaf tidak haram bagi seorang pemimpin. Pemimpin amat pantas mengaku salah bila sesuatu yang dilakukan tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan warga. Meminta maaf juga merupakan wujud dari kerendahan hati.

Itulah sekian contoh aksi heroik dan luapan emosi Risma. Tentu masih banyak lagi jika mau diuraikan. Apakah cuma itu yang membuat Risma populer di negeri ini?

Tidak. Bukan cuma itu saja. Masih ada satu hal lagi, yakni capaian prestasi yang ditorehkan Risma. Setidaknya terdapat 6 (enam) prestasinya sepanjang menjabat sebagai walikota, antara lain:

  1. Kota Surabaya berhasil meraih 7 (tujuh) kali Piala Adipura secara berturut-turut, sejak 2011 sampai 2017
  2. Risma masuk nominasi 10 (sepuluh) wanita paling inspiratif di dunia versi majalah Forbes pada 2013
  3. Risma dinobatkan sebagai salah satu walikota terbaik di dunia pada 2014 dan 2015
  4. Risma menerima penghargaan Bung Hatta Anti-Corruption Award pada 2015
  5. Rima dianugerahkan 2 (dua) gelar doktor honoris causa, dari ITS Surabaya pada 2015 dan dari Tongmyong University, Busan, Korea Selatan pada 2019
  6. Risma meraih penghargaan Ideal Mother Award dari Islamic Educational Scientific and Cultural Organization (ISESCO) pada 2016

Perlu diketahui, jabatan walikota dan sederet prestasi Risma tidak datang begitu saja. Semuanya telah diukirnya dari bawah. Sebelum jadi pemimpin Surabaya, ia memulai karirnya sebagai pegawai negeri sipil (PNS) seusai menyelesaikan pendidikan S-1 (jurusan arsitek) dan S-2 (jurusan Manajemen Pembangunan Kota) di ITS Surabaya.

Berikut jabatan Risma sebelum "dilamar" PDI Perjuangan untuk menjadi calon Walikota Surabaya: Kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Bappeko Surabaya (1997-2000), Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Disbang (2001), Kepala Cabang Dinas Pertamanan (2001), Kepala Bagian Bina Bangunan (2002), Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan (2005), Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (2010).

Memulai karir dari bawah. Itulah kelebihan Risma. Tidak heran bila segala urusan menyangkut birokrasi dikuasainya. Dan sekarang, selain sebagai walikota, ia juga seorang pengurus partai politik (PDI Perjuangan).

Masa jabatan Risma tinggal menghitung bulan. Pada Februari 2021 mendatang, ia akan "turun takhta", alias turun dari jabatan walikota dan tidak mungkin lagi menjabat di posisi yang sama.

Kabar mangkat ini diungkap langsung oleh Risma pada Minggu, 16 Agustus 2020 lalu, saat meresmikan lapangan olahraga di Tambak Sari, Surabaya. Di sana ia berpamitan serta menitipkan harapan kepada anak-anak Surabaya.

Warga, khususnya anak-anak Surabaya dimotivasi Risma untuk meningkatkan kualitas, bermental kuat dan pantang menyerah. Mereka diminta agar tidak menjadi penonton saja di daerah, melainkan penggerak dan pejuang.

"Tujuan saya memang untuk membangun motivasi karena tidak ada gunanya saya bangun Surabaya bagus-bagus, tapi manusianya tidak mendapatkan apa-apa, kan eman (sayang). Kalian semua berhak sukses dan berhak berhasil. Sekarang, jangan lagi bilang saya hanya anaknya tukang becak dan sebagainya. Meskipun anaknya tukang becak, kalian masih bisa berhasil, asalkan kalian mau bekerja keras. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan, asalkan kalian mau," kata Risma.

Salam perpisahan kepada warga Surabaya sudah dilayangkan Risma. Selanjutnya apa? Apakah ia masih berkenan melanjutkan karya pelayanannya di bidang dan tempat lain? Kira-kira di posisi atau jabatan apa?

Kemungkinan besar Risma bakal tetap berkarya, entah di bidang atau tempat yang diputuskannya sendiri maupun atas anjuran pihak lain (warga dan partai politik).

Meskipun sudah berumur 59 tahun (tepatnya pada 20 November 2020 mendatang), Risma tampaknya masih memiliki energi serta kemampuan yang cukup untuk kembali melanjutkan karya pelayanannya.

Apakah Risma mengambil merancang sendiri atau menuruti anjuran (dorongan) pihak lain? Sepertinya poin kedua, dorongan pihak lain, dalam hal ini partai politik yang menaunginya.

Menjabat di posisi yang lebih tinggi sudah beberapa kali ditawarkan kepada Risma. Tawaran tersebut yaitu jabatan Gubernur DKI Jakarta atau menteri di kabinet pemerintah Joko Widodo. Namun ia selalu menolaknya, dengan alasan masih fokus mengurus Kota Surabaya.

Seandainya bersedia mengabdi kembali di bidang pemerintahan, jabatan gubernur atau menterikah yang dipilih Risma? Yang pasti salah satu dari keduanya.

Jika akhirnya Risma memilih ikut Pilkada (umpamanya Pilgub DKI Jakarta), maka harapan anggota DPRD DKI Jakarta, Bestari Barus (pada Rabu, 31 Juli 2019 lalu) terhadapnya untuk mengurus masalah sampah di ibukota menjadi kenyataan. Dan mudah-mudahan memenangkan Pilkada kelak.

Namun bila kemudian yang dipilih Risma menjadi menteri, maka "pinangan" Joko Widodo dan PDI Perjuangan untuk ketiga kalinya sukses. Sebagian publik tahu bahwa ia sudah 2 (dua) kali ditawari jabatan menteri, yaitu pada 2014 dan 2019.

Sila publik menerka, mana yang akan dipilih Risma. Menurut penulis, ia kemungkinan besar masuk kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin. Ia pasti bakal "didorong keras" lagi oleh partainya dan juga warga.

Dulu Risma menolak jabatan menteri karena dirinya masih berstatus walikota, sekarang tidak ada lagi alasan itu. Ia akan melunak dan patuh. Dirinya pasti diberikan "motivasi lebih" supaya mau menjadi "petugas partai" yang baik.

Sebagai menteri apa? Cuma Presiden Joko Widodo dan PDI Perjuangan yang tahu. Yang jelas, kesediaan Risma harus menunggu Februari 2021 dan datangnya reshuffle kabinet. Bukankah presiden sempat mengungkit wacana reshuffle beberapa waktu lalu? Tunggu saja tanggal mainnya.

Selamat memasuki akhir jabatan, Bu Tri Rismaharini. Semoga warga Surabaya puas atas pengabdian ibu. Sukses selalu.

***

Referensi: [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun