Mohon tunggu...
Tubagus Encep
Tubagus Encep Mohon Tunggu... profesional -

Asal Pandeglang, Kakek 1 Cucu, belajar mengajar di madrasah dan ingin terus belajar............E-mail: tebe.ncep@gmail.com, Twitter: @TebeNcep IG: tubagusencep

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangkitkan Budaya Menulis Bersama StandardPen Indonesia

6 Mei 2016   10:47 Diperbarui: 6 Mei 2016   12:47 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

StandardpenID bersama ratusan santri menulis surat untuk presiden (dokumen pribadi)

 

Assalamu’alaikum

Bapak Presiden yang saya hormati

Perkenankan saya untuk mengucapkan selamat atas terpilihnya bapak Joko Widodo dan Bapak Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan, namun saat ini masih banyak orang miskin yang memiliki keterbatasan akses pendidikan yang bermutu. Penyebabnya adalah mahalnya biaya pendidikan, misalnya sebuah sekolah favorit tidak menerima siswa-siswi dari golongan bawah dengan alasan biaya, kalaupun ada sedikit orang miskin yang sekolah di sekolah favorit.

Oleh karena itu dengan perantara surat ini saya sampaikan  kepada Joko Widodo agar bisa melakukan sebuah perubahan besar dalam dunia pendidikan dengan cara gratis biaya pendidikan selama 12 Tahun. Semoga orang-orang miskin yang ada di sekolah negeri ini dapat mendapatkan pelayanan yang bermutu. Teriring do’a semoga ada peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

Bapak Presiden yang saya hormati sekian dari saya, bila ada kata-kata yang tidak berkenan saya mohon maaf.

Wassalamu’alaiku

Hany Heryanti

 

Hany Heryanti menulis surat untuk presidennya (dokumen pribadi)

 

Kegiatan menulis surat bersama StandardpenID di Darul Iman (dok. Aam Tok/Prajna Communication)

 

 

Horeeeee......  suasana pelajar usai menulis surat (dok. Aam Tok/Prajna Communication)

 

 

Santri berebut memasukkan surat ke kotak yang disediakan panitia (dokumen pribadi)

 

Surat untuk sang Presiden (dokumen pribadi)

 

Nury Sybli dari Prajna Communacation, Partner Standardpen sedang berdialog dengan salah satu siswa (dokumen Pribadi

Itulah sepucuk surat yang ditulis oleh Hany Heryanti, murid kelas 5 SDN Kadulimus I, yang terletak di kecamatan Banjar Pandeglang kepada presiden Joko Widodo pada kegiatan “Satu Juta Bolpoin untuk Anak Indonesia”  dengan melakukan aktifitas menulis surat kepada Presiden Indonesia, kerja sama  Standard Pen dengan Nury Sybli salah satu penggiat sosial dari Prajna Communication,Rabu(04/05/16) dan bertempat di Pesantren Darul Iman, sebuah pesantren yang teletak di daerah berhawa sejuk, tepatnya di kampung Kadupandak Banjar Pandeglang, yang berjarak -+ 10 KM dari kota Pandeglang.

Tidak hanya Hany seorang yang menulis surat, ada Hany-Hany lain yang berasal dari SDN Banjarsari, SDN Gunungputri, SDN Kadubelang serta santri tuan rumah Pondok Pesantren Terpadu Darul Iman (PPTDI). Kesemuanya berlomba mencoba mengeluarkan kemampuannya masing-masing dalam mengasah literasinya lewat menulis surat.

One Day One Letters (dokumen pribadi)

 

Antusiasme anak Indonesia menulis surat untuk presidennya (dokumen pribadi)

 

Ratusan pelajar/santri di Pondok Pesantren Terpadu Darul Iman (PPTDI) (dokumen pribadi)


Kegiatan literasi lewat menulis surat yang digagas Standardpen, sebuah perusahaan alat tulis Indonesia tidak hanya di Pandeglang, namun sebelumnya juga dilakukan di Pesantren Ashabul Maimanah Kabupaten Serang Banten setelah juga dilakukan dengan mengajak anak-anak Lingkar Gunung Sinabung, anak-anak di pegunungan Taman Nasional Halimun Sukabumi serta anak-anak di pinggiran kota Jakarta.

Kemajuan teknologi yang diiringi dengan kebiasaan baru anak-anak Indonesia yang lebih akrab dengan permainan game pada gawainya masing-masing membuat kebiasaan menulis, ataupun menggambar lewat coretan tangannya menjadi semakin tertinggal dibanding negara lain.

Kebiasaan yang mulai hilang semakin diperparah dengar minimnya masyarakat Indonesia pada minat membaca, data UNESCO menyebutkan minta baca Indonesia hanya sebesar 0,01 % atau hanya 1 berbanding 10.000.

Kondisi ini menjadi perhatian Standardpen dengan mengembalikan semangat anak-anak sekolah dan guru kembali pada kebiasaan lama yaitu menulis dengan tangan yang dapat mengasah kinerja otak, demikian disampaikan CEO Standardpen: Megusdyan Susanto.

 

Oleh-oleh dari StandarpenID berupa peralatan sekolah (dokumen pribadi)

 

Goodybag dari StandardpenID (dokumen pribadi)


Kedatangan Standardpen mengunjungi pesantren kali ini baik di Serang maupun di Pandeglang (keduanya berada di Provinsi Banten) selain mengembalikan semangat menulis juga mengajak kembali menggiatkan kebiasan pesantren yaitu menulis jurnal santri dengan mengajak semua stakeholder pesantren baik itu guru/ustadz dengan menggiatkan kembali menulis dan mengupayakannya dengan SATU HARI SATU LEMBAR.

Program "Satu Juta Bolpoin Untuk Anak Indonesia" yang dilakukan oleh Standardpen Indonesia lewat ajakan menulis surat dengan tangan layak mendapatkan apresiasi yang luar biasa, karena akan memberikan manfaat besar bagi perkembangan otak kanan dan kiri anak Indonesia sekaligus memberikan dampak positip bagi anak Indonesia.

Penulis bersama Nury Sybli, Pimpinan PPTDI Nisa Alwis dan dewan guru PPTDI (dokumen pribadi)

 

Sharing Pengalaman Menulis

Seusai acara tiba-tiba Nury Sybli selaku partner Standardpen dalam kegiatan literasi ini, sekonyong-konyong meminta penulis untuk berbagi pengalaman menulis kepada guru-guru pesantren Darul Iman.

Kesempatan emas ini tidak penulis sia-siakan untuk mengajak para guru/ustadz untuk menyukai kegiatan menulis karena bagaimanapun pendidik tak bisa melepaskan diri aktifitas menulis baik untuk kepentinga tugas profesionalnya sebagai pendidik ataupun sosoknya sebagai suri tauladan bagi murid-murid.

Sejatinya banyak guru Darul Iman yang sudah mulai menulis, namun faktor kesibukan sebagai pendidik, faktor tidak adanya kelompok atau komunitas yang saling menyemangati membuat kegiatan menulis mereka menjadi redup. Mudah-mudahan suntikan kecil penulis pada siang itu membuat sahabat guru Darul Iman yang sudah mulai menulis kembali menulis serta yang belum menjadi tertarik untuk menulis. semoga.

Salam Literasi

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun