StandardpenID bersama ratusan santri menulis surat untuk presiden (dokumen pribadi)
Assalamu’alaikum
Bapak Presiden yang saya hormati
Perkenankan saya untuk mengucapkan selamat atas terpilihnya bapak Joko Widodo dan Bapak Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan, namun saat ini masih banyak orang miskin yang memiliki keterbatasan akses pendidikan yang bermutu. Penyebabnya adalah mahalnya biaya pendidikan, misalnya sebuah sekolah favorit tidak menerima siswa-siswi dari golongan bawah dengan alasan biaya, kalaupun ada sedikit orang miskin yang sekolah di sekolah favorit.
Oleh karena itu dengan perantara surat ini saya sampaikan kepada Joko Widodo agar bisa melakukan sebuah perubahan besar dalam dunia pendidikan dengan cara gratis biaya pendidikan selama 12 Tahun. Semoga orang-orang miskin yang ada di sekolah negeri ini dapat mendapatkan pelayanan yang bermutu. Teriring do’a semoga ada peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
Bapak Presiden yang saya hormati sekian dari saya, bila ada kata-kata yang tidak berkenan saya mohon maaf.
Wassalamu’alaiku
Hany Heryanti
Itulah sepucuk surat yang ditulis oleh Hany Heryanti, murid kelas 5 SDN Kadulimus I, yang terletak di kecamatan Banjar Pandeglang kepada presiden Joko Widodo pada kegiatan “Satu Juta Bolpoin untuk Anak Indonesia” dengan melakukan aktifitas menulis surat kepada Presiden Indonesia, kerja sama Standard Pen dengan Nury Sybli salah satu penggiat sosial dari Prajna Communication,Rabu(04/05/16) dan bertempat di Pesantren Darul Iman, sebuah pesantren yang teletak di daerah berhawa sejuk, tepatnya di kampung Kadupandak Banjar Pandeglang, yang berjarak -+ 10 KM dari kota Pandeglang.
Tidak hanya Hany seorang yang menulis surat, ada Hany-Hany lain yang berasal dari SDN Banjarsari, SDN Gunungputri, SDN Kadubelang serta santri tuan rumah Pondok Pesantren Terpadu Darul Iman (PPTDI). Kesemuanya berlomba mencoba mengeluarkan kemampuannya masing-masing dalam mengasah literasinya lewat menulis surat.
Kegiatan literasi lewat menulis surat yang digagas Standardpen, sebuah perusahaan alat tulis Indonesia tidak hanya di Pandeglang, namun sebelumnya juga dilakukan di Pesantren Ashabul Maimanah Kabupaten Serang Banten setelah juga dilakukan dengan mengajak anak-anak Lingkar Gunung Sinabung, anak-anak di pegunungan Taman Nasional Halimun Sukabumi serta anak-anak di pinggiran kota Jakarta.
Kemajuan teknologi yang diiringi dengan kebiasaan baru anak-anak Indonesia yang lebih akrab dengan permainan game pada gawainya masing-masing membuat kebiasaan menulis, ataupun menggambar lewat coretan tangannya menjadi semakin tertinggal dibanding negara lain.
Kebiasaan yang mulai hilang semakin diperparah dengar minimnya masyarakat Indonesia pada minat membaca, data UNESCO menyebutkan minta baca Indonesia hanya sebesar 0,01 % atau hanya 1 berbanding 10.000.
Kondisi ini menjadi perhatian Standardpen dengan mengembalikan semangat anak-anak sekolah dan guru kembali pada kebiasaan lama yaitu menulis dengan tangan yang dapat mengasah kinerja otak, demikian disampaikan CEO Standardpen: Megusdyan Susanto.
Kedatangan Standardpen mengunjungi pesantren kali ini baik di Serang maupun di Pandeglang (keduanya berada di Provinsi Banten) selain mengembalikan semangat menulis juga mengajak kembali menggiatkan kebiasan pesantren yaitu menulis jurnal santri dengan mengajak semua stakeholder pesantren baik itu guru/ustadz dengan menggiatkan kembali menulis dan mengupayakannya dengan SATU HARI SATU LEMBAR.
Program "Satu Juta Bolpoin Untuk Anak Indonesia" yang dilakukan oleh Standardpen Indonesia lewat ajakan menulis surat dengan tangan layak mendapatkan apresiasi yang luar biasa, karena akan memberikan manfaat besar bagi perkembangan otak kanan dan kiri anak Indonesia sekaligus memberikan dampak positip bagi anak Indonesia.
Sharing Pengalaman Menulis
Seusai acara tiba-tiba Nury Sybli selaku partner Standardpen dalam kegiatan literasi ini, sekonyong-konyong meminta penulis untuk berbagi pengalaman menulis kepada guru-guru pesantren Darul Iman.
Kesempatan emas ini tidak penulis sia-siakan untuk mengajak para guru/ustadz untuk menyukai kegiatan menulis karena bagaimanapun pendidik tak bisa melepaskan diri aktifitas menulis baik untuk kepentinga tugas profesionalnya sebagai pendidik ataupun sosoknya sebagai suri tauladan bagi murid-murid.
Sejatinya banyak guru Darul Iman yang sudah mulai menulis, namun faktor kesibukan sebagai pendidik, faktor tidak adanya kelompok atau komunitas yang saling menyemangati membuat kegiatan menulis mereka menjadi redup. Mudah-mudahan suntikan kecil penulis pada siang itu membuat sahabat guru Darul Iman yang sudah mulai menulis kembali menulis serta yang belum menjadi tertarik untuk menulis. semoga.
Salam Literasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H