Bentuk dan letak lampu sein yang gampang diraih oleh tangan baik pada kendaraan roda dua atau empat serta pengoperasiannya yang mudah seharusnya membuat kita tidak abai dengan menyalakan lampu sein sepanjang berkendara. Janganlah kita buat bingung orang lain saat berkendara.
3. Kendaraan lawan nyelonong walau lampu sein sudah menyala.
Yang paling repot dan membuat jengkel adalah saat kita sudah menyalakan lampu sein pada jarak yang cukup namun lawan kita tetap nyelonong dan tak memberi kesempatan kita untuk berbelok.
Biasanya tipe seperti ini banyak dilakukan anak sekolah, namun bila kondisi ini ditemukan pada orang dewasa maka orang ini emang jelas tidak mengenyam pendidikan berkendara atau harus belajar lagi pada kursus berkendara hehehhe.
4.Hati-hati saja tidak cukup tapi harus hyper hati-hati.
Kehati-hatian kita berkendara di masyarakat kita ternyata belum cukup, kita berhati-hati tetapi akibat kecerobohan orang lain sering  menjadikan mereka yang berhati-hati menjadi celaka. Tidak ada resep yang jitu kalau seluruh komponen masyarakat pengendara belum mau disiplin dan menjalankan kendaraan dengan sebenar-sebenarnya. Aturan dan rumus hanya menjadi sia-sia belaka.
Namun satu hal yang saya yakini adalah cara kita berkendara bisa menjadi tolak ukur keperibadian kita yang sebenarnya.
So, bagamana bila letak alat untuk menyalakan lampu sein berada di kaki, letaknya pada setang/stir saja kita belum mampu menggunakannya dengan benar.
Salam kelap-kelip lampu sein....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H