[caption caption="Ilustrasi (darinholic.com)"][/caption]
Â
Mengapa kau terus menikmati makanan harammu
padahal basuhan wudhu di mulutmu melarang itu.
Â
Mengapa kau cium aroma keburukan di sekitarmu
saat basuhan air pada hidungmu tak menginginkan itu.
Â
Mengapa tak kau ganti topeng muka burukmu dengan wajah kebaikanmu
Karena basahan wudhu di wajahmu menginginkan itu.
Â
Mengapa kau ambil bukan hakmu,
padahal basuhan tangan wudhumu berharap engkau tak melakukan itu.
Â
Mengapa kecongkakan selalu ada dalam ubun kepalamu
Padahal baru saja kau basuh dalam wudhumu.
Â
Mengapa kau dengarkan keburukan sekitarmu dan kau sebarkan dengan dustamu
Apakah tak kau sadari telingamu tak pernah luput dari bilasan wudhumu.
Â
Mengapa kau turuti langkah jahatmu setelah kau sirami keduanya
Dengan sebersih air wudhumu.
Â
Mengapa atawa kenapa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H