Tuanku Bagindo Lubuak Pua meninggalkan karya besar. Surau Pekuburan, yang kemudian menambah nama dengan Madrasatul 'Ulum. Tuanku Bagindo Lubuak Pua juga meninggalkan Irigasi Ujuang Gunuang.
Ahmad Yusuf di akhir hayatnya diamanahi oleh Khalifah Tuanku Bagindo sebagai "menjalankan khalifah".
Kenapa! Amir Mibat, Khalifah Tuanku Bagindo tidak berdomisili di kampung. Kemudian, Ahmad Yusuf adalah ulama yang senior dan pemimpin Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua.
Maka Amir Mibat ini mempercayakan kekhalifahan dijalankan oleh Ahmad Yusuf. Tentu bukan khalifah. Artinya, segala wirid dan budaya Tuanku Bagindo dulu, dijalankan oleh Ahmad Yusuf.
Seperti, Safa Tuanku Bagindo Lubuak Pua setiap Sabtu sehabis Safa Gadang di Ulakan. Ini wirid dan ketentuan yang berlaku sejak dulu, tentunya diteruskan oleh Ahmad Yusuf.
Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua pun mengalami pasang surut, berjalan sesuai dinamika dan perkembangan tentunya.
Tetap dengan pola surau, sejak dulu hingga saat ini. Surau Pekuburan dijadikan sebagai induk dan aula utama dari perkembangan pondok ini.
Segala aktivitas pondok, terpusat di Surau Pekuburan. Seperti muhadharah, wirid mingguan masyarakat, wirid tahunan, termasuk pengangkatan tuanku bagi yang tamat "marapulai kaji".
Sementara, para santri dan santriwati punya asrama tersendiri. Asrama dan Surau Pekuburan ini pernah mengalami musibah. Dan Surau Pekuburan itu telah berganti, tapi modelnya masih seperti yang lama.
Bangun yang lama rusak akibat gempa 2009, kini sudah berganti dengan yang baru, bantuan dari pihak ketiga.
Majunya Madrasatul 'Ulum dari segi fisiknya itu, Ahmad Yusuf banyak dibantu oleh tenaga muda. Mereka yang jadi santri awal mula Madrasatul 'Ulum itu hadir di Lubuak Pua, ikut jadi pengurus saat pembangunan hendak dimulai pada fase berikutnya.