Mohon tunggu...
Tuanku Damanhuri
Tuanku Damanhuri Mohon Tunggu... Penulis - Padang Pariaman Bicara

Lakuang maninjau kalam manyigi

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Asrizal Malin Sinaro, Politisi Surau yang Masuk Dua Periode di DPRD Agam

7 Mei 2024   19:41 Diperbarui: 7 Mei 2024   19:54 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggota DPRD Agam Asrizal yang selalu berbaur dengan masyarakat. (foto dokpri)

Asrizal. Namanya pendek, tapi kehebatannya luar biasa semasa jadi santri di Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan, Kabupaten Padang Pariaman.

Betapa tidak! Mulai masuk ke Madrasatul 'Ulum tahun 1990, tahun 1994 sudah jadi marapulai kaji alias kelas tujuh.

Artinya, kemampuan seorang Asrizal melampaui di atas rata-rata kemampuan santri secara umum. Santri lain bisa sampai enam hingga tujuh tahun di pondok, baru bisa tamat.

Tapi Asrizal yang bergelar Malin Sinaro ini, cuma empat tahun di Madrasatul 'Ulum, langsung tamat.

Lahir di Batagak, Kabupaten Agam 1974, Asrizal yang anggota DPRD Agam dari PKS ini memang jadi santri inspiratif, terutama terhadap anak-anak Batagak yang mengaji di Madrasatul 'Ulum dulunya.

"Saya yang termasuk berani tidak mengambil gelar saat tamat di Lubuk Pandan dulu," katanya.

Sampai niniak mamak Asrizal berang ketika hadir dalam prosesi mendoa tamat marapulai dulu. 

Alasan Asrizal saat itu tidak mau diberi gelar, adalah persoalan status sosial di kampungnya sendiri, Batagak.

Contoh, kata dia, ketika seseorang memakai gelar banyak dicemooh, saat melakukan pekerjaan yang berlawanan dengan ilmu dan keilmuannya.

"Kurang elok rasanya di lingkungan sosial, bila seorang tuanku, labai, malin ikut berburu babi, ikut main domino, ikut pula kerja-kerja yang bertentangan dengan syarak," ulas dia.

Suami dari Ra'fari Yuliza yang telah dikarunia 10 orang putra dan putri ini, sepertinya punya argumen yang kuat untuk bersikukuh tidak memakai gelar tuanku atau malin tersebut.

Namun, saat dia akan melepaskan masa lajangnya, dia seperti diwajibkan memakai gelar itu.

Nah, sebagai orang pondok, lama mengaji di pesantren dan surau, Malin Sinaro pun dia pakai. Tentu atas persetujuan dan kemauan dari niniak mamak kaumnya sendiri, yang pada akhirnya ikhlas dia terima.

Setamat mondok di Madrasatul 'Ulum, Asrizal langsung ke kampung. Tak mengabdi dulu di pondok. Dan memang sempat dapat kesulitan untuk langsung pulang dari Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah, sang guru besar pesantren dan Buya Marzuki Tuanku Labai Nan Basa, selaku pimpinan pesantren kala itu.

"Awak nio kursus di kampung, Buya," begitu Asrizal minta izin untuk meninggalkan pondok ke Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah.

Kursus elektronik. Jadi kalau ada lampu surau yang rusak, alat pengeras suara yang susah hidupnya, bisa kita perbaiki, sambung Asrizal menceritakan kembali pengalamannya minta izin untuk meninggalkan pesantren setelah tamat marapulai.

Tiba di kampung, Asrizal tetap mengabdi di masyarakat. Di Masjid Ainul Yaqin Padang Kudo, Batagak. Juga sekalian sempat kursus, tapi tidak kursus elektronik. 

"Saya sempat kursus komputer. Sempat pula kuliah di Bukittinggi, tapi tidak sampai tamat," katanya.

Di kampungnya Batagak, Asrizal juga mengasuh dan memimpin pesantren. Ainul Yaqin nama pesantren itu. Lama dia memimpin pesantren ini.

Berpindah posisi, dari pimpinan pesantren ke Ketua Yayasan Ainul Yaqin yang mengelola pesantren itu, karena kesibukan bertambah, setelah dia terpilih jadi wakil rakyat Kabupaten Agam pada Pemilu 2019.

"Alhamdulillah, Pesantren Ainul Yaqin tetap eksis. Ada generasi yang melanjutkan tongkat kepemimpinan. Saya pindah jadi Ketua Yayasan saja, mengingat aktivitas di luar cukup padat," ulas dia.

Terpilih dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Dapil V Agam yang meliputi Kecamatan Banuhampu, Sungai Pua, IV Koto, dan Kecamatan Malalak.

Tentu jadi anggota dewan terhormat, tidak serta merta didapatkan Asrizal. Ada dan panjang proses, serta pengabdian dilakukannya lewat jalur partai itu. 

Di DPRD Agam itu, Asrizal terkenal idealis, dan sukses menyuarakan kepentingan masyarakat yang diwakilinya.

Dinamika politik di internal DPRD itu sendiri, pun tidak disia-siakannya. Dia jadi Wakil Ketua Badan Kehormatan (BK) DPRD Agam, serta Wakil Ketua Fraksi PKS.

Dekat dengan masyarakat sejak jadi aktivis surau, masjid, dan pesantren, serta aktivis PKS, membuat dia dipercaya kembali oleh masyarakat untuk jadi wakil rakyat periode 2024-2029.

Asrizal merasa segan, karena belum bisa berbuat banyak untuk almamaternya Madrasatul 'Ulum.

"Alhamdulillah, saya sering dihubungi Buya, minta datang ke surau, terutama saat muhadharoh, agar bisa memberikan motivasi," cerita Asrizal.

Hanya saja setiap kali hari yang diagendakannya untuk bisa datang ke Madrasatul 'Ulum, ternyata berdempet pula dengan kegiatan dewan.

Madrasatul 'Ulum, katanya, pesantren yang sangat komit dengan isi dan kualitas lulusan. "Itu sejak dulu yang saya perhatikan, dan kondisi demikian agaknya patut dipertahankan, hingga kapan pun jua," sebutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun