Tentu semua jejak perjuangan nabi itu dilihat langsung oleh jemaah Al-Wasilah ini. Tak sekedar melihat, tetapi menjadikannya i'tibar, pelajaran, sekaligus sejarah panjang, sehingga Islam yang membawa pesan kedamaian, hadir di ujung negeri, kampungnya para jemaah ini.
"Aku datang memenuhi panggilan Mu, untuk umrah". Itulah awal, ketika pakaian ihram hendak dipasang di tempatnya, sesuai panduan pimpinan jemaah.
Ketika Allah SWT terasa sudah memanggil, semua pernak-pernik yang melekat dalam diri, lupakan.
Jangan ingat yang tinggal di kampung. Jangan pula ingat perjalanan usaha dan harta yang kita tinggalkan di kampung.
Satu ingatan kita, bahwa umrah yang kita lakukan adalah panggilan Allah SWT. Terasa nikmat dan menyejukkan hati.
Tak terasa lelah, meski kurang tidur. Sibuk ibadah di tempat yang tidak bisa tiap sebentar kita datangi. Satukan hati dan pikiran, bahwa rangkaian umrah ini adalah panggilan Allah SWT.
Menurut Bustanul Arifin Khatib Bandaro, keistimewaan umrah dengan Al-Wasilah ini, jemaah dibimbing oleh para tuanku, ulama yang berpengalaman.
Berpengalaman soal umrah dan haji, karena dipelajari. Lama mengaji di surau, sehingga hasil yang dicapai adalah umrah yang mabrur dan mabrurah.
Al-Wasilah Padang Pariaman menyediakan banyak surau dan masjid sebagai tempat manasik sebelum berangkat.
Yang berangkat kali, adalah jemaah yang tergabung dalam manasik di Surau Kampung Tangah, Balah Aie Utara dan Masjid Raya Sungai Durian.Â