Artinya, masyarakat sangat menginginkan adanya solusi. Solusi bagaimana setiap hujan, kampung tidak banjir.
Sungai Batang Ulakan harus diperbaiki. Normalisasi, pelurusan dan pendalaman sungai seperti di Batang Tapakis, agaknya sangat mendesak dilakukan pemerintah di Ulakan itu.
Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur bersama perangkat daerah tahu dan sering ke Ulakan, di kala banjir menerjang.
Dibuka dapur umum, ikut PKK Padang Pariaman memfasilitasi ini, agar masyarakat korban banjir merasa diperhatikan.
Begitu juga bantuan emergency, seperti Indomie, beras, tenda dan lainnya lumayan cepat tibanya dari gerakan Pemkab Padang Pariaman.
Tapi tentu bantuan tersebut, tak membuat banjir ada solusinya. Sudah saatnya masyarakat ingin banjir tak lagi merusak pemukiman, merusak sawah dan ladanya.
Bahkan Gubernur Mahyeldi pun sudah melihat keganasan banjir akibat luapan sungai yang telah melahirkan cerita hebat tersebut.
Lalu kenapa kok belum juga diberikan solusi terbaik di situ? Seorang tokoh masyarakat Tanjung Medan yang juga mantan Kepala Desa, Jempol sudah masuk dua periode di DPRD Sumbar.
Imanatul Khaira berhenti dari walikorong karena mencaleg dan ingin suaranya lebih keras, untuk satu kasus ini, banjir di Ulakan saatnya di akhiri.
Tapi, takdir bicara lain. Dia tidak lolos jadi wakil rakyat. Selaku masyarakat biasa, sebisa yang bisa dia lakukan di kampungnya itu, demi keselamatan masyarakat dari derita banjir yang tiap sebentar menerjang kampungnya, dia lakukan dengan ikhlas.
Lelah masyarakat. Pasar Kampung Galapuang yang selama ini tak pernah banjir, akhir-akhir ini, luapan Sungai Batang Ulakan nyaris menenggelamkan "Pasar Jodoh" itu.Â