Sungai Batang Ulakan dan cerita banjir tiap sebentar di sejumlah perkampungan, di bagian ujung sungai itu, sepertinya mantap untuk ditelusuri.
Memang sekarang sedang tidak terjadi banjir di Ulakan. Namun, kisah dan cerita sedih dari banjir selalu menjadi pembicaraan banyak orang di kampung itu.
Terutama di Koto Panjang, Tanjung Medan, Kampung Galapuang. Akhir-akhir ini, setiap hari hujan masyarakat di situ pada rusuh dan galau.
Tak mesti hujan lebat, rinai saja tiba, masyarakat sudah harus bersiap-siap untuk menyelematkan pekakas rumahnya.
Selasa, 16 April 2024 di Kampung Galapuang. Kami bersua dan memang sengaja bertemu dengan Irmanto, seorang sumando di Koto Panjang dan Imanatul Khaira, mantan Walikorong Karamat Jaya, Nagari Manggopoh Ulakan.
Dalam hitungan mereka, sedikitnya 14 kali banjir dalam setahun. Artinya, setiap kali musim hujan, banjir menggenangi sejumlah kampung dan pemukiman masyarakat.
Banjir yang bermula dari luapan Sungai Batang Ulakan ini, sepertinya sudah menjadi langganan masyarakat.
"Saat banjir besar, di Koto Panjang dan bagian bawahnya air bisa setinggi leher orang dewasa dalam rumah," kata Imanatul Khaira, mantan Caleg DPRD Padang Pariaman ini.
Nah, peristiwa ini kerap dan sering menerjang pemukiman penduduk. Tak pelak lagi, semua peralatan rumah tangga, bahkan rumah itu sendiri cepat punah.
Diperkirakan, setiap rumah tangga yang dipenuhi banjir, mengalami kerugian berpuluh-puluh juta. Anehnya, banjir seperti dipelihara oleh pemerintah.
Artinya, masyarakat sangat menginginkan adanya solusi. Solusi bagaimana setiap hujan, kampung tidak banjir.
Sungai Batang Ulakan harus diperbaiki. Normalisasi, pelurusan dan pendalaman sungai seperti di Batang Tapakis, agaknya sangat mendesak dilakukan pemerintah di Ulakan itu.
Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur bersama perangkat daerah tahu dan sering ke Ulakan, di kala banjir menerjang.
Dibuka dapur umum, ikut PKK Padang Pariaman memfasilitasi ini, agar masyarakat korban banjir merasa diperhatikan.
Begitu juga bantuan emergency, seperti Indomie, beras, tenda dan lainnya lumayan cepat tibanya dari gerakan Pemkab Padang Pariaman.
Tapi tentu bantuan tersebut, tak membuat banjir ada solusinya. Sudah saatnya masyarakat ingin banjir tak lagi merusak pemukiman, merusak sawah dan ladanya.
Bahkan Gubernur Mahyeldi pun sudah melihat keganasan banjir akibat luapan sungai yang telah melahirkan cerita hebat tersebut.
Lalu kenapa kok belum juga diberikan solusi terbaik di situ? Seorang tokoh masyarakat Tanjung Medan yang juga mantan Kepala Desa, Jempol sudah masuk dua periode di DPRD Sumbar.
Imanatul Khaira berhenti dari walikorong karena mencaleg dan ingin suaranya lebih keras, untuk satu kasus ini, banjir di Ulakan saatnya di akhiri.
Tapi, takdir bicara lain. Dia tidak lolos jadi wakil rakyat. Selaku masyarakat biasa, sebisa yang bisa dia lakukan di kampungnya itu, demi keselamatan masyarakat dari derita banjir yang tiap sebentar menerjang kampungnya, dia lakukan dengan ikhlas.
Lelah masyarakat. Pasar Kampung Galapuang yang selama ini tak pernah banjir, akhir-akhir ini, luapan Sungai Batang Ulakan nyaris menenggelamkan "Pasar Jodoh" itu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H