Meski dalam perjalanan sempat juga diomongin perihal suka duka mencari suara. Tapi cepat-cepat dialihkan ke pembicaraan lain.
Rio termasuk pintar membawa mobil. Pukul 10.00 wib berangkat dari Lubuk Alung, bisa Shalat Jumat di Kayu Jao, dekat Masjid Tuo.
Di hamparan Kebun Teh yang menyejukkan mata memandang, kami tak sempat mengabadikan diri. Hanya cerita lepas di atas mobil.
"Saribu Rumah Gadang". Ya, sebuah destinasi wisata di Solok Selatan yang kami sebut setelah menyeduh kopi di sebuah kafe di Danau Kembar.
Masih jauh, tapi tidak jauh amat. Hanya jalan buruk di sepanjang Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Solok ini yang membuat perjalanan agak sedikit melambat.
Jalan buruk di jalur Solok - Kerinci, Provinsi Jambi membuat kami berpikir panjang. Namun, sedikit menjelang masuk Surian, jalan kembali bagus dan rancak, bahkan sampai ke Muaro Labuah, cigin saja Syamsul Bahri Palito Sampono Basa menekan gas mobil Innova itu.
Sampai Mr Muhammad Yani yang duduk di sebelahnya tak bersuara di tengah kami ketawa lepas bertiga melihat selera muda Syamsul Bahri Palito Sampono Basa tersembul saat membawa mobil.
"Tapi perlu tuanku ketahui antara cemas dan takut," kilah Mr Muhammad Yani setelah kami berhenti menjelang Muaro Labuah.
Nyaman dan adem. Itu yang terasa ketika sore Magrib menjelang di gerbang Saribu Rumah Gadang di daerah yang dijuluki dengan Sarantau Sasurambi ini.
Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah dibuat jelas dan terang di gerbang masuk daerah ini.
Sore itu kami menyaksikan dan merasakan, betapa hiruk pikuk masyarakat terhenti saat suara azan memanggil.