Mohon tunggu...
Tuanku Damanhuri
Tuanku Damanhuri Mohon Tunggu... Penulis - Padang Pariaman Bicara

Lakuang maninjau kalam manyigi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Terpesona di Kawasan Saribu Rumah Gadang

3 Maret 2024   07:48 Diperbarui: 3 Maret 2024   07:50 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di gerbang perbatasan Solok dengan Solok Selatan, kami berfoto. (foto dokpri)

Rencana jalan-jalan itu sudah lama. Semasa masih dalam suasana kampanye, tapi ke Jakarta rencananya dengan mobil, mengikuti kegiatan perkumpulan perantau Katapiang, Kabupaten Padang Pariaman.

Namun, Jumat 2 Maret 2024 tentu di luar yang direncanakan jalan-jalannya. Hanya mendadak. Kamis teringat, di tengah KPU hampir selesai pleno, timbul ide dan rencana.

Langsung putuskan ke Kebun Teh hingga Danau Kembar di Solok saja. "Oke, tapi hubungi Ketua Syamsul Bahri Palito Sampono Basa," kata Rio Eka Putra dibalik telpon genggamnya.

Saya kontak Ketua Tim Pemenangan Rosman Palito Rajo Endah ini, tersambung. Dia pun setuju, tapi Jumat. Sabtu yang saya tawarkan, Syamsul Bahri Palito Sampono Basa sudah punya agenda lain.

Akhirnya, Jumat itu kami berempat. Sekretaris Tim Pemenangan Rosman, Mr Muhammad Yani dapat izin untuk pergi, meski sebenarnya dia tak suka "raun panik".

Baru di jalan, Rio Eka Putra berbisik kalau Jumat itu tepat pula hari ulang tahun Syamsul Bahri Palito Sampono Basa.

Rio tahu di beranda media sosial Ketua DPC PAN Batang Anai ini sudah banyak yang memberikan ucapan selamat ulang tahun.

Setelah makan di kediaman Syamsul Bahri Palito Sampono Basa di Kampung Sabalah, Balah Hilie Lubuk Alung, kami jalan.

Judulnya raun panik atau mengalasau saja. Setidaknya menghilangkan penat selama kampanye dan penghitungan suara.

Sejenak kita tak berpikir, siapa yang akan duduk dan yang tidak kebagian kursi dalam Pemilu yang baru saja selesai.

Meski dalam perjalanan sempat juga diomongin perihal suka duka mencari suara. Tapi cepat-cepat dialihkan ke pembicaraan lain.

Rio termasuk pintar membawa mobil. Pukul 10.00 wib berangkat dari Lubuk Alung, bisa Shalat Jumat di Kayu Jao, dekat Masjid Tuo.

Di hamparan Kebun Teh yang menyejukkan mata memandang, kami tak sempat mengabadikan diri. Hanya cerita lepas di atas mobil.

"Saribu Rumah Gadang". Ya, sebuah destinasi wisata di Solok Selatan yang kami sebut setelah menyeduh kopi di sebuah kafe di Danau Kembar.

Masih jauh, tapi tidak jauh amat. Hanya jalan buruk di sepanjang Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Solok ini yang membuat perjalanan agak sedikit melambat.

Jalan buruk di jalur Solok - Kerinci, Provinsi Jambi membuat kami berpikir panjang. Namun, sedikit menjelang masuk Surian, jalan kembali bagus dan rancak, bahkan sampai ke Muaro Labuah, cigin saja Syamsul Bahri Palito Sampono Basa menekan gas mobil Innova itu.

Sampai Mr Muhammad Yani yang duduk di sebelahnya tak bersuara di tengah kami ketawa lepas bertiga melihat selera muda Syamsul Bahri Palito Sampono Basa tersembul saat membawa mobil.

"Tapi perlu tuanku ketahui antara cemas dan takut," kilah Mr Muhammad Yani setelah kami berhenti menjelang Muaro Labuah.

Nyaman dan adem. Itu yang terasa ketika sore Magrib menjelang di gerbang Saribu Rumah Gadang di daerah yang dijuluki dengan Sarantau Sasurambi ini.

Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah dibuat jelas dan terang di gerbang masuk daerah ini.

Sore itu kami menyaksikan dan merasakan, betapa hiruk pikuk masyarakat terhenti saat suara azan memanggil.

Aktivitas beralih ke masjid, saat pengeras suara itu bersuara lantang memanggil orang untuk shalat lewat azan.

Masuk ke kawasan Saribu Rumah Gadang setelah Magrib di Masjid Raya Muaro Labuah, suasana terasa nyaman dan damai.

Mengintari lampu-lampu yang terpasang di kiri dan kanan jalan di kawasan itu. Ada juga sebagian home stay di situ.

Sehingga kami berpikir, untuk mendalami kehidupan rumah gadang, perlu bermalam di situ. Tapi suatu ketika nanti. Sekarang saatnya membalikkan setir mobil arah pulang, meski sempat berpikir untuk bisa sampai di Leterwe, perbatasan Sumbar dengan Jambi.

Cuma kami penasaran, apakah rumah gadang ini sampai seribu jumlahnya?

Rumah gadang adalah simbol dari kekuatan suku bangsa Minangkabau. Di rumah gadang itu Bundo Kanduang berdiam, menjalani kehidupan, dan rumah gadang itu juga menjadi kekuatan sebuah kaum.

Seorang datuak atau niniak mamak harus punya rumah gadang. Rumah gadang memang besar, terbuat dari kayu, dan sekarang sudah ada yang beralih ke bangunan permanen sebagiannya.

Tapi yang jelas, simbol adat dan syarak itu masih terpahat kuat di Ranah Sarantau Sasurambi ini.

Akhirnya, doa yang bisa kami mohonkan, semoga di momen pertambahan usia Ketua Syamsul Bahri Palito Sampono Basa ini, bisa menjadikan yang terbaik untuk masa depannya.

Masa depan tentu lebih baik dari sekarang, buat dia, keluarga, dunsanak dan masyarakat Katapiang sendiri.

Sebab, Syamsul Bahri Palito Sampono Basa adalah seorang cadiak pandai di tengah masyarakat Katapiang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun