Tak lama dan tidak pula berpanjang-panjang Rosman dan sejumlah timnya yang disopiri Rio Eka Putra ini di situ.
Habis makan, pertemuan dengan diskusi, membaca sejarah Rosman yang masih punya pusako di Sungai Geringging, lalu lahirlah komitmen dan kebersamaan.
Rosman berkomitmen untuk tidak melakukan politik uang dalam mencari suara. Baginya, tidak ada janji politik dan janji manis dalam mendapatkan dukungan masyarakat.
Tapi bukti yang insya Allah akan dinikmati bersama seluruh tim selama lima tahun. Bagi Rosman dalam maju dan jadi anggota dewan, tim yang sudah dibentuk bukan keperluan sesaat.
Tetapi keperluan selamanya. Hubungan silaturahmi yang panjang, dan komitmen bersama untuk masyarakat.
Catatan dan sejarah panjang Rosman, dari Kampung Tingga di Marunggai, Nagari Sikucua Barat, terus ke Kampung Ingu di Sungai Geringging, lalu berkembang di Sungai Limau dan jaya di Katapiang, menjadikan sebuah "modal besar" untuk menghadang helat lima tahun sekali tersebut.
Bagi Rosman, mencaleg bukan untuk kalah. Bukan untuk pemenuhan kuota Caleg. Tapi maju untuk menang. Menang bersama tim, bersama masyarakat.
Tim yang solid dan kuat di urara dan selatan Padang Pariaman, sepertinya mampu memperpanjang sejarah "tradisi menang" bagi Rosman itu sendiri.
Sebagai pejuang dan aktivis sejati, Rosman sudah tercatat sebagai pemenang dalam persaingan. 14 Februari, Rosman menjemput takdirnya di DPRD Sumbar lewat partai punya trah dengan Muhammadiyah ini.
Kalkulasi politiknya yang tajam, analisisnya mampu menembus ruang dan waktu, rekam jejak sosialnya terbentang dari utara ke selatan Padang Pariaman ini, sepertinya semakin terasa jalannya hari kian dekat dengan pencoblosan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI