Ketika aku berjalan ke kamar, tanpa ku sadari terdengar suara percapakan bapak dan ibu.
"ayo buk.. kemari.." suara si bapak.
"kenapa pak, udah gak sabar aja?" ujar si ibu.
"hayoo.. karena si rina ini pasti ya pak ?" kejar si ibu sembari tertawa kecil.
" hehehe. tau aja si ibu ini. " balas si bapak.
Aku hanya bisa terdiam dan tiba-tiba wajah ku kembali bersemu merah karena malu mendengar percakapan pak giran dengan ibu. Ternyata benar bahwa si bapak masih doyan begituan walau usianya sudah tua namun yang membuat ku malu adalah bahwa alasan malam ini untuk memulai hubungan tersebut adalah aku.
Aku menjadi imajinasi si bapak sedang ibu tak marah maupun cemburu malahan ibu makin bersemangat dan di sambut tertawaan, aku tak mampu membayangkan bagaimana jadinya nanti dan apa yang akan terjadi dalam liburan ini.
Aku pun beranjak ke kamar dengan rasa penasaran dan ketidak percayaan ku, ku lihat mas andi terlelap sambil memeluk kedua malaikat kecil kami sambil mencium kening suami dan kedua anak ku, aku mengambil posisi di samping anak-anak dan aku pun mulai merangkai di dalam mimpi malam ini.
**
Seperti halnya pagi ini dimana kala beliau memberikan baju kebaya anak gadisnya, yang ku tahu namanya adalah ningsih Ibu memperlakukan ku seperti anak gadisnya sendiri.
Beliau juga sangat senang dengan kehadiran ku disini, dimana menjadi temannya berbincang dan memasak di dapur.