Mohon tunggu...
Newbie
Newbie Mohon Tunggu... -

Aliran Naturalisme

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara Tangis Malam Itu

30 Mei 2016   00:43 Diperbarui: 30 Mei 2016   01:50 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu, kasih sayang ibu sepanjang masa (sumber foto :www.inspirasi.co)

Dikala anak-anak dan suaminya terlelap tidur

Beliau menyempatkan diri berdoa dan memohon ampunan untuk kami, anak-anak dan suaminya...

Begitu malu diri ini.. Tuhan..

Selama usia hidup ku ini, aku belum pernah membahagianya..

* suara lirih hati ku sembari tangis yang mengalir di pipi ini.

Ingin ku berlari dan bersimpuh sembari mencium kaki beliau karena begitu banyak kesalahan yang telah ku perbuat selama hidup ini terhadap beliau. 

**

Kejadian malam itu membuat sebuah arti makna baru dalam perjalanan hidupku. Seorang Ibu yang begitu mulia hatinya tanpa kita sadari selalu mendoakan anak-anaknya kala sianak telah tertidur lelap dibuai oleh mimpi. Kala malam telah membalut dengan mimpi namun beliau masih mengingat keluarganya melalui sebuah sunnah sepertiga malam.

Perjuangan hidup seorang Ibu dimulai dari mengandung kita sampai sembilan bulan lamanya, beliau membawa dan menjaga kemana pun beliau pergi. Perjuangan sebenarnya adalah ketika beliau memilih antara hidup dan mati ketika melahirkan kita ke dunia.

Tanpa beliau sadari anak yang telah dilahirkan dengan perjuangan nyawanya, sedemikian tega menyakiti beliau yang telah susah payah melahirkan dia dahulu. Perjuangan nyawa, mengandung selama sembilan begitu mulia seorang Ibu di mata Tuhan Yang Maha Esa dimana meletakkan keistimewaan bahwa surga anak berada pada telapak kaki seorang Ibu.

Ibu adalah pahlawan wanita sejati yang pernah ada. Mempertaruhkan nyawa demi seorang anak penerus bangsa, mendidik, membimbing, mengasuh, dan membesarkan kita dengan penuh kasih sayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun